Danareksa: Imbal Hasil Obligasi Naik Jadi 9%

Ilustrasi mutual fund
Sumber :
  • www.sharemarketbasics.com

VIVAnews - Perkembangan inflasi dan harga pangan dunia diperkirakan membuat volatilitas pasar modal meningkat. Kondisi itu juga akan menyebabkan penyesuaian pada imbal hasil (yield) pada pasar obligasi Indonesia.

Danareksa Debt Research memperkirakan imbal hasil obligasi bergerak pada koridor 8-9 persen sepanjang 2011 dan berakhir 7,65 persen di akhir tahun.

"Dalam sebulan terakhir, yield obligasi korporasi naik bersamaan dengan obligasi pemerintah," kata Kepala Riset Danareksa Debt Research, Budi Santoso, di Jakarta, Rabu 19 Januari 2011.

Menurut dia, kondisi tersebut mirip dengan pasar obligasi Indonesia pada 2005. "Apa yang terjadi pada 2011 tergantung kepada perkembangan makroekonomi dan pasar modal," tutur Budi. Risiko utama yang dihadapi berupa kenaikan inflasi dan risiko anggaran.

Sementara itu, Kepala Ekonom Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa, memperkirakan inflasi berada di atas tujuh persen pada April 2011.

Kenaikan inflasi didorong oleh kebijakan pembatasan konsumsi bahan bakar minyak (BBM). "Kalau pemerintah gagal mengisolasi kebijakan ini, akan menyumbang inflasi 1,5 persen," kata dia. "Mau tidak mau, BI (Bank Indonesia) akan tertekan untuk menaikkan suku bunganya hingga 50 basis poin," katanya.

Meski demikian, Danareksa memproyeksikan laju inflasi pada akhir 2011 mencapai 6,2 persen. "Inflasi akan turun lagi pada semester kedua. Dengan prospek seperti itu, BI Rate masih bisa dipertahankan pada level 6,5 persen," tutur dia.

Dia menjelaskan, pasar obligasi Indonesia tahun ini diperkirakan masih marak. "Demand (permintaan) tidak sebesar 2010, tapi supply (penawaran) naik," kata Purbaya.

Obligasi pemerintah yang jatuh tempo pada 2011 senilai Rp67,3 triliun dan obligasi korporasi Rp11,8 triliun. Obligasi itu berasal dari lembaga pembiayaan dan perbankan.

Sementara itu, di pasar domestik diperkirakan masih banyak obligasi yang diterbitkan. Pemerintah berencana mengeluarkan surat utang negara (SUN) baru senilai Rp192,8 triliun. Sementara itu, obligasi korporasi sekitar Rp32,59 triliun.

Investor domestik diperkirakan banyak menyerap obligasi tersebut, sedangkan kepemilikan asing terhadap obligasi negara diproyeksi mencapai 30 persen. "Hal ini akan mendorong kupon obligasi naik hingga sembilan persen," ujar dia.