Rusuh, Turis Inggris Pilih Bertahan di Bali

Kerusuhan di London, Inggris.
Sumber :
  • AP Photo/Lewis Whyld/PA Wire

VIVAnews – Rusuh pecah di Inggris. Diawali protes penembakan pemuda Tottenham, Mark Duggan oleh polisi di London, Sabtu pekan lalu. Kekacauan akhirnya menyebar ke sejumlah kota. Pelaku yang kebanyakan anak-anak muda pengangguran yang tak puas dengan kondisi ekonomi membuat ulah dan menjarah.

Akibatnya, fatal, sejumlah bangunan rusak, dibakar, dan dijarah. Tiga orang tewas, dan 1.200 pelaku rusuh ditahan. Tak hanya itu, muncul kekhawatiran, rusuh di Inggris akan berkembang menjadi rusuh rasial. 

Kondisi tersebut membuat sejumlah turis asal Inggris yang sedang berlibur di Bali, bertahan. Salah satunya  John (27) wisatawan asal London, Inggris. Ia mengaku memilih bertahan di Bali lantaran kerusuhan itu belum juga reda. “Semenjak kerusuhan itu terjadi, saya sudah di Bali. Saya langsung menghubungi keluarga di London. Beruntung, keluarga aman saja. Saya bertahan dulu di Bali selama kerusuhan itu belum reda,” kata John, ditemui di Pantai Kuta, Kamis 11 Agustus 2011.

John berharap kepada aparat kepolisian setempat agar segera mengatasi kerusuhan yang sudah meluas itu. “Saya berharap aparat keamanan setempat segera menetralisasi keadaan. Jika sudah netral dan aman, saya baru berfikir untuk kembali ke London,” ujarnya.

Ditemui terpisah, Sheila (23) wisatawan asal Birrmingham menuturkan gelisahan yang sama. Sheila yang berlibur ke Bali bersama pacarnya itu mengaku harus memperpanjang masa liburannya di Bali, lantaran kerusuhan tak kunjung reda.

”Saya datang bersama kekasih. Saya harusnya pulang ke Birmingham sore ini. Tetapi, lantaran rusuh itu, saya harus memperpanjang masa liburan saya,” kata Sheila.

Sheila mengaku belum tahu sampai kapan ia akan berada di Bali. Ia sendiri berharap agar kerusuhan itu segera teratasi. Sheila mengaku mendapat kabar tentang kerusuhan itu dari rekannya di Birmingham melalui situs jejaring social, Facebook. “Belum tahu sampai kapan saya memperpanjang masa liburan saya. Yang pasti, selama kerusuhan itu belum teratasi, saya memilih bertahan di Bali dulu,” tutur Sheila. (Laporan: Bobby Andalan | Bali, umi)