Mengapa General Motor Bisa Jadi No.1

Logo General Motors
Sumber :
  • Reuters/Mark Blinch

VIVAnews - Kembali berjayanya General Motors Co dengan menyalip Toyota Motors Co dalam penjualan tahun ini telah membuat kaget sejumlah pihak. Sebab, produsen mobil Amerika Serikat ini sempat dinyatakan bangkrut pada 1 Juni 2009, dan akhirnya pemerintah Obama menyetujui dana talangan US$50 miliar.

Auto Task Force, lembaga pemerintah Obama  yang mengawasi bailout itu awalnya tak memikirkan keuntungan perusahaan. Saat itu, utang GM membumbung dan biaya tenaga kerja tinggi. "Mereka tidak memperkirakan GM bisa merebut kembali posisi Toyota," kata mantan anggota mantan Auto Task Force Harry Wilson, yang kini CEO perusahaan konsultan Maeva Advisors LLC di Scarsdale, New York, seperti dikutip Automotive News, Jumat 11 November 2011.

"Ini bukan sesuatu yang kami hitung. Menjadi terbesar bukanlah tujuan bagi kami, namun bagaimana mereka bisa bertahan hidup dan tumbuh."

Pemerintah AS masih memiliki hampir sepertiga dari total saham GM. Rencananya, pemerintah akan menjual saham tersebut pada rata-rata US$53 per saham saat mencapai titik impas. Saham GM ditutup turun hampir 11 persen atau US$ 2,73, menjadi US$22,31 pada 9 November di tengah penurunan saham di bursa New York Stock Exchange.

Meski bisa menyalip Toyota, dalam sebuah analisis Morgan Stanley, laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) bila dilihat dari penjualan masih tertinggal dari Ford dan VW. CEO GM Akerson mendorong pengurangan biaya untuk meningkatkan margin EBIT. Laba bersih turun pada kuartal ketiga menjadi US$2,11 miliar, dari US$2,16 miliar periode tahun sebelumnya.

Chief Financial Officer GM Dan Ammann dalam sebuah media briefing mengatakan bahwa penyebab rendahnya EBIT ini tak lain karena kerugian di Eropa dan produksi yang lebih rendah.

Sementara itu, pengamat industri Maryann Keller mengatakan bahwa kejayaan GM ini tak lepas dari nasib buruk Toyota. Gempa bumi Jepang pada Maret telah menghambat produksi dan memungkinkan GM, VW, dan pesaing lainnya mengejar penjualan.

Tak cuma itu, banjir di Thailand juga telah menghambat produksi Toyota, sehingga produsen mobil asal Jepang ini sulit memulihkan produksi yang hilang pada awal tahun. (umi)