BI Koreksi Pertumbuhan Ekonomi 2012

Logo Bank Indonesia.
Sumber :
  • VivaNews/ Nur Farida

VIVAnews- Bank Indonesia mengoreksi target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012 dari 6,7 persen menjadi 6,3 persen akibat krisis global. Angka itu lebih rendah dari target pemerintah sebesar 6,7 persen.

"Kisarannya tetap 6,3-6,5 persen," kata Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah di Jakarta, Rabu, 30 November 2011.

Angka itu berasal dari beberapa indikator seperti konsumsi rumah tangga 4,7 persen, total konsumsi 4,6 persen, dan total investasi 11 persen. Permintaan domestik diperkirakan 6,3 persen, ekspor barang dan jasa 10,9 persen dan impor barang dan jasa 12 persen.

Padahal PDB 2011 mencapai 6,6 persen, yang terdiri dari konsumsi rumah tangga 4,8 persen, total konsumsi 5,9 persen, dan total investasi 9,4 persen. Sedangkan permintaan domestik 6,9 persen, ekspor barang dan jasa 14,3 persen dan impor barang dan jasa 18 persen.

"Sektor konsumsi yang porsinya mencapai 65,8 persen tetap akan menjadi pendukung utama pertumbuhan ekonomi Indonesia," ungkapnya.

Penurunan permintaan dan harga komoditas di pasar global akan membuat inflasi menurun. Laju inflasi 2011 dan 2012 diperkirakan mencapai 4,7 persen dan 4,9 persen, atau sesuai dengan target inflasi BI. Namun BI mewaspadai ancaman kenaikan inflasi 2012 akibat kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan pembatasan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).

Sementara itu di tempat terpisah Direktur Riset Ekonomi Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan penurunan pertumbuhan ekonomi itu disebabkan turunnya perkiraan pertumbuhan ekonomi global yang semula 4 persen menjadi 3,8 persen.

"Makanya waktu itu kalau pertumbuhan ekonomi dunia 4 persen, pertumbuhan ekonomi Indonesia (berubah) 6,7 persen jadi 6,5 persen," ujarnya seusai rapat dengan Komisi XI DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu 30 November 2011.

Penurunan ini disebabkan turunnya kinerja ekspor Indonesia yang berdampak lesunya permintaan investasi sektor ini. Namun hal ini tidak berlaku pada konsumsi dan investasi pada bidang domestik.

"Konstruksi, transportasi, penambahan mesin untuk pemenuhan permintaan dalam negri masih kuat," imbuhnya. (eh)