Penyebab Bisnis Jalan Tol Tak Menarik

Jalan Tol Semarang-Solo
Sumber :
  • Antara/ R Rekotomo

VIVAnews - Pemerintah Indonesia gencar membangun infrastruktur. Namun, bisnis atau investasi pembangunan jalan tol saat ini masih terkendala ketidakpastiaan hukum dari regulasi-regulasi yang belum tegas.

Kepala Bidang Pengawasan dan Pemantauan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Abran Elsanjaya Barus mengatakan bahwa permasalahan tanah masih menjadi hambatan terbesar mengapa tidak berkembangnya bisnis ini.

"Dan berpotensi besar meruginya investasi jalan tol," kata dia kepada VIVAnews di Jakarta, Minggu 5 Agustus 2012.

Abran menuturkan, poin untama yang harus diperhatikan dalan investasi ini adalah seberapa besar arus kendaraan yang nantinya akan melintas di jalan tol tersebut. Sementara itu, guna memancing derasnya arus kendaraan dibutuhkan interkoneksi antartol yang baik.

Untuk itu, dia menambahkan, dengan permasalahan pembebasan tanah yang masih tidak jelas, intekoneksi tersebut sulit tercapai.

"Kalau itu semua bisa terpenuhi, asumsi kita, tanah bisa dibebaskan dan pembangunan dapat sesuai jadwal, arus kendaraan ini pasti akan sesuai dengan asuumsi," ujar Abran.

Namun, dia mengaku bahwa selesainya kajian pemerintah terkait dengan Undang-undang Pembebasan Lahan, sedikit banyak meniupkan angin segar kepada investor di sektor tersebut.

Tetapi, Abran menuturkan, lagi-lagi pemerintah tidak bergerak cepat dalam menuntaskan hal tersebut. Sebab, sampai sekarang Perpres pelaksanaan kebijakan tersebut masih belum keluar.

"Kalau Perpresnya turun, pelaksanaannya kita coba, berhasil tidak. Tentunya para investor juga mengharapkan ketaatan Perpres tersebut dan dukungan semua pihaklah. Masyarakat juga begitu, kita minta dukungannya dalam menaati hal itu," tambahnya.

Permasalahan lain yang timbul, lanjut Abran, karena belum tuntasnya soal pengadaan tanah tersebut yaitu semakin sulitnya akses permodalan khususnya dari perbankan.

Sebab, kata dia, semakin permasalahan ini tidak diselesaikan, perbankan tidak mempunyai jaminan yang pasti atas pengembalian kucuran kredit yang telah diberikan kepada investor.

Namun dirinya optimistis, seiring dengan pelaksanaan program-program infrastruktur pemerintah. Bisnis di sektor ini akan semakin bergairah kedepannya dimata investor. "Saya melihatnya investor masih tetap melihat, dalam arti selera itu ada," tutur Abran. (sj)