26-2-1984: AS Tarik Pasukan dari Lebanon
Selasa, 26 Februari 2013 - 08:47 WIB
Sumber :
- REUTERS/Landov
VIVAnews - Pada 29 tahun yang lalu, AS memulangkan pasukannya dari ibu kota Lebanon, Beirut. Presiden AS saat itu, Ronald Reagan, memilih menarik mundur pasukannya, karena lebih rentan menjadi target serangan teroris ketimbang menjadi pasukan perdamaian di negara yang dilanda perang saudara itu.
"Begitu serangan-serangan teroris dimulai, tidak mungkin kami menjalankan misi awal dengan tetap tinggal di sana sebagai sasaran, hanya untuk berlindung dan menunggu serangan-serangan berikut," kata Reagan saat itu seperti dikutip stasiun berita BBC
.
AS mengirim militernya ke Lebanon pada Agustus 1982 untuk menjalankan misi sebagai pasukan penjaga perdamaian guna turut mengatasi perang saudara, yang juga melibatkan Israel. Namun, pasukan AS justru menjadi bulan-bulanan target serangan.
Sejak pengiriman itu, sebanyak 264 personel militer Amerika tewas. Sebagian besar terbunuh dalam serangan bom bunuh diri di barak marinir AS di Beirut pada Oktober 1983.
Ketimbang terus menjadi korban serangan teror, AS akhirnya menarik pasukan dari Lebanon secara bertahap. Dalam tahap terakhir pada 26 Februari 1984, sekitar 1.000 Marinir AS dipulangkan dengan kapal laut dan pesawat terbang.
Pada saat yang sama, para milisi Syiah tiba di pusat kota Beirut dengan mobil-mobil jip dan kendaraan lapis baja untuk mengambil alih situasi. Washington menyisakan seratus tentara untuk melindungi para personel diplomatik AS di Kedutaan Besar Inggris. Setelah penarikan mundur itu, Raja Fahd dari Arab Saudi secara pribadi meminta Reagan untuk tetap berupaya menyelesaikan perang saudara di Lebanon secara diplomasi.
Tidak saja AS yang menempatkan pasukannya di Lebanon, aliansi multinasional yang terdiri atas Inggris, Prancis, dan Italia, bersepakat dengan AS untuk menegakkan perdamaian di Beirut pada Oktober 1983.
Namun, AS pada akhirnya mengakhiri keterlibatannya di Pasukan Multinasional di pengujung Maret 1984. Sebulan kemudian, negara-negara lain pun memulangkan pasukannya dari Lebanon.
Beirut sendiri tetap menjadi tempat yang berbahaya bagi warga AS sepanjang dekade 1980-an. Sebanyak 270 warga Amerika tewas akibat serangan bom, pembunuhan, dan penculikan. Lima warga AS sempat disandera untuk sekian lama sebelum akhirnya dibebaskan. (art)
Baca Juga :
"Begitu serangan-serangan teroris dimulai, tidak mungkin kami menjalankan misi awal dengan tetap tinggal di sana sebagai sasaran, hanya untuk berlindung dan menunggu serangan-serangan berikut," kata Reagan saat itu seperti dikutip stasiun berita BBC
AS mengirim militernya ke Lebanon pada Agustus 1982 untuk menjalankan misi sebagai pasukan penjaga perdamaian guna turut mengatasi perang saudara, yang juga melibatkan Israel. Namun, pasukan AS justru menjadi bulan-bulanan target serangan.
Sejak pengiriman itu, sebanyak 264 personel militer Amerika tewas. Sebagian besar terbunuh dalam serangan bom bunuh diri di barak marinir AS di Beirut pada Oktober 1983.
Ketimbang terus menjadi korban serangan teror, AS akhirnya menarik pasukan dari Lebanon secara bertahap. Dalam tahap terakhir pada 26 Februari 1984, sekitar 1.000 Marinir AS dipulangkan dengan kapal laut dan pesawat terbang.
Pada saat yang sama, para milisi Syiah tiba di pusat kota Beirut dengan mobil-mobil jip dan kendaraan lapis baja untuk mengambil alih situasi. Washington menyisakan seratus tentara untuk melindungi para personel diplomatik AS di Kedutaan Besar Inggris. Setelah penarikan mundur itu, Raja Fahd dari Arab Saudi secara pribadi meminta Reagan untuk tetap berupaya menyelesaikan perang saudara di Lebanon secara diplomasi.
Tidak saja AS yang menempatkan pasukannya di Lebanon, aliansi multinasional yang terdiri atas Inggris, Prancis, dan Italia, bersepakat dengan AS untuk menegakkan perdamaian di Beirut pada Oktober 1983.
Namun, AS pada akhirnya mengakhiri keterlibatannya di Pasukan Multinasional di pengujung Maret 1984. Sebulan kemudian, negara-negara lain pun memulangkan pasukannya dari Lebanon.
Beirut sendiri tetap menjadi tempat yang berbahaya bagi warga AS sepanjang dekade 1980-an. Sebanyak 270 warga Amerika tewas akibat serangan bom, pembunuhan, dan penculikan. Lima warga AS sempat disandera untuk sekian lama sebelum akhirnya dibebaskan. (art)