Bayi di Makassar Meninggal Setelah Ditolak 4 Rumah Sakit
Kamis, 27 Juni 2013 - 11:41 WIB
Sumber :
- VIVAnews/RHA
VIVAnews - Sungguh malang nasib Revan Adhyaksa, 1 tahun 3 bulan. Balita dari pasangan Andi Amir dan Nirmawati itu meninggal dunia akibat sakit muntaber, Rabu petang, 26 Juni 2013. Ironisnya, balita tersebut sempat ditolak empat rumah sakit dengan alasan kamar penuh.
Amir menceritakan, anaknya menderita muntaber sejak Selasa. Namun semakin kritis pada Rabu siang. Ia bersama istrinya kemudian membawa ke RS Daya, Makassar. Sempat dirawat beberapa jam, Revan kemudian di rujuk ke RS Wahidin Sudirohusodo.
"RS Daya angkat tangan, makanya langsung disuruh bawa ke RS Wahidin dan langsung dirawat di UGD," kata Andi Amir, kepada wartawan.
Namun, Revan hanya menjalani perawatan selama 1 jam di RS tersebut karena pihak RS menyuruh keluarga korban untuk dipindahkan ke rumah sakit lain. "Saya disuruh cari rumah sakit lain karena alasan kamar penuh," kata Andi Amir yang mengaku hanya membawa bekal kartu fasilitas Jaminan Kesehatan Daerah.
Dengan pasrah ia kemudian membawa anak bungsunya itu ke RS Ibnu Sina. Dengan alasan sama, yakni kamar penuh, Revan kembali ditolak. Beruntung, karena pihak RS masih melakukan tindakan terhadap Revan meski di atas mobil ambulans.
Petualangan orangtua Revan mencari rumah sakit belum berakhir. Ia bersama istrinya, Nirmawati, membawa Revan ke rumah sakit Awal Bross. Lagi-lagi pihak rumah sakit tidak menerima bayi tersebut dan hanya memeriksanya di atas ambulans.
Dengan kondisi yang makin kritis, balita kemudian di larikan ke RS Akademis. Sang bayi diterima dan langsung ditangani di ruang ICU. Tapi sayangnya, di RS tersebut, Revan meregang nyawa.
Rabu petang, sang bayi kemudian langsung dipulangkan dari RS Akademis ke rumah duka di Jalan Haji Kalla. Korban kemudian dimakamkan Kamis pagi di Tempat Pemakaman Umum Panailkang. (eh)
Baca Juga :
Amir menceritakan, anaknya menderita muntaber sejak Selasa. Namun semakin kritis pada Rabu siang. Ia bersama istrinya kemudian membawa ke RS Daya, Makassar. Sempat dirawat beberapa jam, Revan kemudian di rujuk ke RS Wahidin Sudirohusodo.
"RS Daya angkat tangan, makanya langsung disuruh bawa ke RS Wahidin dan langsung dirawat di UGD," kata Andi Amir, kepada wartawan.
Namun, Revan hanya menjalani perawatan selama 1 jam di RS tersebut karena pihak RS menyuruh keluarga korban untuk dipindahkan ke rumah sakit lain. "Saya disuruh cari rumah sakit lain karena alasan kamar penuh," kata Andi Amir yang mengaku hanya membawa bekal kartu fasilitas Jaminan Kesehatan Daerah.
Dengan pasrah ia kemudian membawa anak bungsunya itu ke RS Ibnu Sina. Dengan alasan sama, yakni kamar penuh, Revan kembali ditolak. Beruntung, karena pihak RS masih melakukan tindakan terhadap Revan meski di atas mobil ambulans.
Petualangan orangtua Revan mencari rumah sakit belum berakhir. Ia bersama istrinya, Nirmawati, membawa Revan ke rumah sakit Awal Bross. Lagi-lagi pihak rumah sakit tidak menerima bayi tersebut dan hanya memeriksanya di atas ambulans.
Dengan kondisi yang makin kritis, balita kemudian di larikan ke RS Akademis. Sang bayi diterima dan langsung ditangani di ruang ICU. Tapi sayangnya, di RS tersebut, Revan meregang nyawa.
Rabu petang, sang bayi kemudian langsung dipulangkan dari RS Akademis ke rumah duka di Jalan Haji Kalla. Korban kemudian dimakamkan Kamis pagi di Tempat Pemakaman Umum Panailkang. (eh)