Tahun 2100, Populasi Penduduk Bumi Capai 11 Miliar
Rabu, 27 November 2013 - 16:42 WIB
Sumber :
- onetraffic.com
VIVAnews - Penduduk Bumi pada tahun 2100 diperkirakan membludak menjadi 11 miliar dari jumlah total populasi 7,2 miliar saat ini.
Dilansir Discovery News,
Rabu 27 November 2013, beberapa ilmuwan melihat kemungkinan pertumbuhan penduduk itu bisa membawa bencana bagi Bumi. Sebab kota-kota di dunia akan semakin padat, sumber daya alam semakin menipis dan dampak perubahan iklim yang kian memburuk.
Soal perubahan iklim, mayoritas ilmuwan sepakat manusia merupakan pihak yang paling bertanggung jawab atas menghangatnya suhu Bumi sejak 1950 silam.
"Ini pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Sebab, ilmu iklim tak secara tegas mampu mengidentifikasi dampak khusus, atau perubahan yang telah terjadi sejauh ini sebagai dampak langsung dari perubahan iklim," jelas Amy Snover, Kepala Direktur Kelompok Dampak Iklim yang juga peneliti Center for Science in the Earth System, University of Washington, Seattle, AS.
Amy mengatakan, manusia hari ini diperlihatkan banyak perubahan Bumi yang menandakan ada masalah, dan mendesak manusia agar lebih awas dan khawatir terhadap kondisi Bumi di masa depan.
Pertambahan penduduk juga dinilai mempercepat perubahan iklim global. Pasalnya, pertambahan penduduk akan berkaitan dengan peningkatan tren produksi karbon.
Pada tahun 2008, China, AS, Uni Eropa, India, Rusia, Jepang, dan Kanada telah tumbuh sebagai negara penghasl emisi karbondioksida. Jika semua negara digabung, mereka berkontribusi 70 persen emisi karbon dari hasil pembakaran bahan bakar fosil. Sisanya, 30 persen, emisi dari selruh negara sisa.
Antisipasi pangan
Menurut Robert Engelman, Presiden Worldwatch Institute, sebuah lembaga lingkungan berbasis di Washington DC mengatakan, saat ini tak mungkin mempertimbangkan berapa banyak rata-rata orang dari populasi negara yang memancarkan emisi.
"Kita harus berpikir apa yang akan terjadi pada orang-orang di negara penghasil emisi besar 70 tahun mendatang," ujar dia.
Dalam dua dekade, menurut estimasi PBB, emisi karbon negeri Tirai Bambu mengalami peningkatan tiga kali, mulai 2.46 juta ton karbon (1990) sampai 8,29 juta (2010).
Pertambahan jumlah penduduk juga akan berdampak pada kapasitas pasokan pangan di masa depan. Dengan ruang yang makin sempit sementara lahan pertanian masih tetap menjadi tantangan bagi kelangsungan manusia di masa depan.
"Dalam 50 tahun ke depan, kita perlu menghasilkan lebih banyak makanan dari yang kita miliki saat ini. Itu untuk memberi makan sembilan miliar orang," kata Griggs, ahli iklim Monash University.
"Tapi, karena kita tidak memiliki lebih banyak lahan pertanian, kita harus memproduksi semua makanan ini di tanah yang memproduksi makanan saat ini," tambah dia. (umi)
Baca Juga :
Dilansir Discovery News,
Soal perubahan iklim, mayoritas ilmuwan sepakat manusia merupakan pihak yang paling bertanggung jawab atas menghangatnya suhu Bumi sejak 1950 silam.
"Ini pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Sebab, ilmu iklim tak secara tegas mampu mengidentifikasi dampak khusus, atau perubahan yang telah terjadi sejauh ini sebagai dampak langsung dari perubahan iklim," jelas Amy Snover, Kepala Direktur Kelompok Dampak Iklim yang juga peneliti Center for Science in the Earth System, University of Washington, Seattle, AS.
Amy mengatakan, manusia hari ini diperlihatkan banyak perubahan Bumi yang menandakan ada masalah, dan mendesak manusia agar lebih awas dan khawatir terhadap kondisi Bumi di masa depan.
Pertambahan penduduk juga dinilai mempercepat perubahan iklim global. Pasalnya, pertambahan penduduk akan berkaitan dengan peningkatan tren produksi karbon.
Pada tahun 2008, China, AS, Uni Eropa, India, Rusia, Jepang, dan Kanada telah tumbuh sebagai negara penghasl emisi karbondioksida. Jika semua negara digabung, mereka berkontribusi 70 persen emisi karbon dari hasil pembakaran bahan bakar fosil. Sisanya, 30 persen, emisi dari selruh negara sisa.
Antisipasi pangan
Menurut Robert Engelman, Presiden Worldwatch Institute, sebuah lembaga lingkungan berbasis di Washington DC mengatakan, saat ini tak mungkin mempertimbangkan berapa banyak rata-rata orang dari populasi negara yang memancarkan emisi.
"Kita harus berpikir apa yang akan terjadi pada orang-orang di negara penghasil emisi besar 70 tahun mendatang," ujar dia.
Dalam dua dekade, menurut estimasi PBB, emisi karbon negeri Tirai Bambu mengalami peningkatan tiga kali, mulai 2.46 juta ton karbon (1990) sampai 8,29 juta (2010).
Pertambahan jumlah penduduk juga akan berdampak pada kapasitas pasokan pangan di masa depan. Dengan ruang yang makin sempit sementara lahan pertanian masih tetap menjadi tantangan bagi kelangsungan manusia di masa depan.
"Dalam 50 tahun ke depan, kita perlu menghasilkan lebih banyak makanan dari yang kita miliki saat ini. Itu untuk memberi makan sembilan miliar orang," kata Griggs, ahli iklim Monash University.
"Tapi, karena kita tidak memiliki lebih banyak lahan pertanian, kita harus memproduksi semua makanan ini di tanah yang memproduksi makanan saat ini," tambah dia. (umi)