Layanan Tanpa Kantor Bank Mandiri Dorong Masyarakat Menabung
Rabu, 12 Februari 2014 - 14:42 WIB
Sumber :
- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews - Masyarakat Indonesia hingga saat ini masih banyak yang belum bisa mengakses pelayanan jasa keuangan. Kondisi ini yang kemudian menjadi perhatian Bank Indonesia dan pemerintah melalui program keuangan inklusif.
BI berupaya agar kemudahan akses layanan jasa keuangan bagi masyarakat itu dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Upaya itu sekaligus guna mengurangi dan mengatasi kemiskinan.
Keuangan inklusif merupakan kegiatan yang bertujuan meniadakan hambatan terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa keuangan. Kegiatan itu didukung oleh berbagai infrastruktur yang ada.
Kendala yang dihadapi masyarakat di antaranya tingkat pemahaman terhadap pengelolaan keuangan yang masih kurang. Selain itu, biaya pembukaan rekening serta biaya administrasi yang bagi sebagian masyarakat dinilai cukup memberatkan.
Sementara itu, terkait pinjaman, hambatan yang dihadapi masyarakat di antaranya adalah pemenuhan persyaratan aspek legal formal usaha yang dimiliki. Kendala lain adalah kurangnya informasi tentang produk perbankan, atau produk yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
Tak khawatir persaingan
Baca Juga :
BI berupaya agar kemudahan akses layanan jasa keuangan bagi masyarakat itu dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Upaya itu sekaligus guna mengurangi dan mengatasi kemiskinan.
Keuangan inklusif merupakan kegiatan yang bertujuan meniadakan hambatan terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa keuangan. Kegiatan itu didukung oleh berbagai infrastruktur yang ada.
Kendala yang dihadapi masyarakat di antaranya tingkat pemahaman terhadap pengelolaan keuangan yang masih kurang. Selain itu, biaya pembukaan rekening serta biaya administrasi yang bagi sebagian masyarakat dinilai cukup memberatkan.
Sementara itu, terkait pinjaman, hambatan yang dihadapi masyarakat di antaranya adalah pemenuhan persyaratan aspek legal formal usaha yang dimiliki. Kendala lain adalah kurangnya informasi tentang produk perbankan, atau produk yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
Di sisi lain, bagi perbankan, untuk menambah jaringan kantor di daerah terpencil, manajemen dihadapkan pada persoalan biaya pendirian yang relatif mahal.
Untuk itu,
branchless banking
atau layanan perbankan tanpa kantor diharapkan dapat menjembatani kendala tersebut. Upaya itu untuk mendekatkan layanan perbankan kepada masyarakat, khususnya yang jauh dari kantor bank.
Sebagai bank pelat merah beraset terbesar, manajemen PT Bank Mandiri Tbk tergerak untuk menyukseskan program keuangan inklusif itu. Bank beraset lebih dari Rp700 triliun per akhir 2013 itu memulai
pilot project
program
branchless banking
pada pertengahan 2013.
Direktur Utama Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin, dalam
media gathering
dengan pimpinan media massa pada Selasa malam 11 Februari 2014 mengatakan, perseroan memulai
pilot project
keuangan inklusif itu di wilayah Sumatera Selatan dan Jawa Barat.
Di Sumatera Selatan, khususnya daerah Tanjung Batu, Bank Mandiri memiliki dua agen. Sementara itu, di Jawa Barat terdapat 8 agen, yang masing-masing 4 agen di Losari, Cirebon dan Karangampel, Indramayu.
"Dari 10 agen itu, terdapat sekitar 1.000 nasabah, dan 1.500 transaksi," ujar Budi.
Dia mencontohkan, seorang agen di Losari, Cirebon, yang berprofesi sebagai pedagang elektronik, telepon seluler, dan kompor gas telah ikut program
branchless banking
sejak Juli 2013. Saat ini, agen tersebut mempunyai 459 nasabah dengan transaksi 147 kali dengan nilai nominal Rp5,8 juta.
Selain itu, agen lain yang berprofesi sebagai penjual pulsa mampu menjaring 78 nasabah dengan transaksi 315 kali. Nilai transaksi sekitar Rp8,6 juta. Nasabah yang dilayani adalah warga sekitar. Agen yang juga tinggal di Losari itu bergabung dalam program
branchless banking
Bank Mandiri pada Agustus 2013.
Melalui agen itu, masyarakat yang belum mendapat akses layanan jasa perbankan dapat melakukan transaksi setor maupun tarik tunai dananya. Tak terkecuali, beberapa transaksi lain juga dapat dilakukan.
Dari contoh transaksi dua agen itu, layanan tanpa kantor cabang mendapat respons cukup bagus dari masyarakat yang belum tersentuh layanan jasa keuangan. Budi menjelaskan, banyaknya penduduk yang belum dapat mengakses layanan jasa keuangan, menjadikan program keuangan inklusif akan menjadi fokus pengembangan sektor keuangan di masa depan.
Hasilnya, dari survei Bank Mandiri, Budi menambahkan, masyarakat kini sudah mulai menyisihkan uangnya tidak hanya untuk kebutuhan sehari-hari. "Hasil uji coba cukup menarik, masyarakat
unbanked
kini banyak yang sudah mulai menabung," ujarnya.
Tak khawatir persaingan
Budi menjelaskan, Bank Mandiri tidak khawatir terkait persaingan antarbank ke depan. Termasuk dengan bank pelat merah lain dalam menjaring nasabah potensial.
Menurut dia, masing-masing bank memiliki strategi bisnis sendiri. Jika bank lain lebih mengincar penambahan jumlah anjungan tunai mandiri (ATM), Bank Mandiri akan memilih layanan
mobile banking
.
Meskipun demikian, kondisi itu, dia menambahkan, tidak lantas menjadikan Bank Mandiri tidak berekspansi kantor cabang dan ATM. Setiap tahun, Bank Mandiri rata-rata membuka 200-300 kantor cabang dengan ribuan ATM.
"Langkah ini juga sebagai upaya untuk menguasai pasar ritel," tuturnya.
Namun, dia menegaskan, jika diminta memilih, Bank Mandiri lebih berkonsentrasi pada program
branchless
banking dibanding pembukaan kantor cabang.