Pemerintahan Selanjutnya Wajib Pangkas Subsidi BBM
Jumat, 25 Juli 2014 - 13:56 WIB
Sumber :
- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVAnews - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Chairul Tanjung, merekomendasikan pemerintahan selanjutnya untuk dapat berupaya mengurangi, bahkan menghilangkan subsidi bahan bakar minyak (BBM).
Caranya, lanjut Chairul, yang ditemui di Gedung Mahkamah Agung, Jumat 25 Juli 2014, dengan menaikkan harga BBM bersubsidi dan melarang tegas penggunaannya pada kalangan-kalangan tertentu.
"Misal, kendaraan pribadi tidak boleh membeli BBM subsidi," ujarnya.
Dia mengatakan, saat ini, subsidi BBM yang dialokasikan pemerintah sudah berlebihan. Tidak ada lagi ruang fiskal pemerintah untuk dapat mengakselerasi pembangunan.
"Ini wajib dilakukan oleh pemerintah baru," tambahnya.
Dengan dipangkasnya subsidi, CT-- panggilan Chairul Tanjung-- optimistis, pemerintahan baru lebih leluasa untuk menjalankan programnya ke depan. Dan, janji-janji politiknya kepada masyarakat bisa diwujudkan.
"Daripada ini dibuang untuk suatu yang tak bermanfaat, mending uangnya untuk hal-hal yang lebih bermanfaat, misal mengurangi angka kemiskinan yang menjadi permasalahan sekarang," tegasnya. (art)
Baca Juga :
Caranya, lanjut Chairul, yang ditemui di Gedung Mahkamah Agung, Jumat 25 Juli 2014, dengan menaikkan harga BBM bersubsidi dan melarang tegas penggunaannya pada kalangan-kalangan tertentu.
"Misal, kendaraan pribadi tidak boleh membeli BBM subsidi," ujarnya.
Dia mengatakan, saat ini, subsidi BBM yang dialokasikan pemerintah sudah berlebihan. Tidak ada lagi ruang fiskal pemerintah untuk dapat mengakselerasi pembangunan.
"Ini wajib dilakukan oleh pemerintah baru," tambahnya.
Dengan dipangkasnya subsidi, CT-- panggilan Chairul Tanjung-- optimistis, pemerintahan baru lebih leluasa untuk menjalankan programnya ke depan. Dan, janji-janji politiknya kepada masyarakat bisa diwujudkan.
"Daripada ini dibuang untuk suatu yang tak bermanfaat, mending uangnya untuk hal-hal yang lebih bermanfaat, misal mengurangi angka kemiskinan yang menjadi permasalahan sekarang," tegasnya. (art)