Kemiskinan Asia Pasifik Masih Jadi Tantangan Berat

Ilustrasi pemukiman kumuh
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVAnews - Laporan Key Indicators for Asia and the Pasific 2014 dari Asian Development Bank (ADB) menyebutkan bahwa kemiskinan masih menjadi tantangan berat bagi Asia dan Pasifik pada dasawarsa mendatang. Maka itu, Asia perlu fokus dalam upaya mengatasi kerawanan pangan dan kerentanan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat di Asia dan Pasifik telah meningkatkan taraf kehidupan secara drastis, berpatokan pada ukuran garis kemiskinan konvensional dengan pendapatan, atau pengeluaran US$1,25 per orang per hari menurut paritas daya beli 2005. Jika tren ini berlanjut, kemiskinan berhasil diberantas pada tahun 2030.

Namun, banyak yang berpendapat bahwa patokan garis kemiskinan dengan pendapatan, atau pengeluaran sebesar US$1,25 per orang per hari tersebut, tidak memadai di kawasan Asia dan Pasifik. Sebab, kurang memperhitungkan biaya yang diperlukan kelompok miskin untuk mempertahankan standar kehidupan minimum mereka.

Menurut ADB, jika garis kemiskinan khusus di wilayah Asia diukur dengan patokan pengeluaran US$1,51 per orang per hari, tingkat kemiskinan ekstrem di kawasan ini bertambah 9,8 persen pada 2010.

"Itu patokan secara internasional dan tidak semua negara menggunakannya, karena nilai tukar setiap negara itu beda," ujar Anggota Tim Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Ari A Perana, saat ditemui di Jakarta, Kamis, 21 Agustus 2014.

Ia menambahkan, laporan ini juga menunjukkan perlu adanya suatu pemahaman kemiskinan yang lebih menyeluruh. Ini penting untuk membantu para pembuat kebijakan mengambil pendekatan yang efektif dalam menanggulangi kemiskinan.

Ari menjelaskan, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam kebijakan menanggulangi kemiskinan itu. Antara lain, adalah biaya konsumsi secara khusus bagi kelompok miskin di Asia, biaya pangan yang naik lebih cepat daripada harga secara umum, kerentanan terhadap bencana alam, perubahan iklim, krisis ekonomi, dan guncangan lainnya. (asp)