Tren Banting Setir dari Bisnis Minyak ke Gas Bumi
- iStock
Tak cuma Shell
Tak cuma Shell, sebagai perusahaan energi yang menguasai sumber gas, Pertamina memungkinkan berperan sebagai aggregator gas nasional. Pertamina dapat menjangkau pasokan dari sumber dari dalam dan luar negeri dan memasok di banyak destinasi di Indonesia.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto menyatakan bisnis gas Pertamina akan lebih dominan dibandingkan saat ini yang terkonsentrasi pada minyak. Karenanya, Pertamina dan anak-anak perusahaan di sektor gas saat ini agresif membangun infrastruktur.
Dia mencontohkan, Pertamina kini tengah memproses rencana pembangunan beberapa fasilitas penerima LNG, baik di Jawa, Kalimantan, maupun Bali. Infrastruktur tersebut akan melengkapi infrastruktur penerima LNG yang sudah ada, yaitu FSRU Jawa Barat dan Arun Regas.
Melalui PT Pertamina Gas (Pertagas), Pertamina sedang menyiapkan proyek pembangunan pipa gas di Pulau Jawa yakni ruas Pipa Semarang - Gresik dan Semarang-Cirebon yang apabila proyek itu tuntas Trans Java Pipeline akan terwujud. Selain di Pulau Jawa, Pertagas juga membangun jalur pipa gas dari Arun ke Kawasan Industri Medan (KIM) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Sumatra Utara.
"Perluasan jaringan ini sangat diperlukan, karena Pertamina bertekad untuk menjadi pilar utama dalam mewujudkan kemandirian energi nasional," katanya.
Dari dalam negeri, Pertamina kini telah memproduksi gas sebanyak 1,63 miliar kaki kubik per hari dan telah mendapatkan alokasi gas dari dalam bentuk gas pipa seperti gas Jambaran-Tiung Biru dan Terang Sirasun Batur maupun dalam bentuk LNG domestik baik dari Bontang maupun Tangguh.
Adapun sumber dari luar negeri, Pertamina mendapatkan kepastikan pasokan impor LNG dari Cheniere Corpus Cristy, Amerika Serikat, sebanyak 1,5 juta ton mulai 2019 selama 20 tahun, juga dari Afrika sebanyak 1 juta ton per tahun, mulai 2020 untuk jangka waktu 20 tahun. (asp)