Pedagang Minta Mendag Perbaiki Jalur Distribusi Barang

Pedagang melayani pembeli di Pasar Rumput, Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Zabur Karuru
VIVA.co.id - Pedagang bawang putih di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, enggan disalahkan kalau harga bahan pangan naik. Mereka berdalih, kenaikan harga bawang putih bisa disebabkan oleh kurangnya pasokan bawang putih.

Hal ini disampaikan ketika bertemu dengan Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel, di sana, Jumat 10 Juli 2015.

Seorang pedagang bawang putih di Pasar Induk Kramat Jati, Anas Sarnil, mengatakan bahwa 90 persen kebutuhan bawang putih di Indonesia dipasok dari impor, sementara 10 persennya dipasok oleh bawang putih lokal.

"Makanya, Pak Menteri, tolong perbaiki jalur distribusinya. Kalau barangnya telat datang, harganya naik," kata Anas.

Anas mengatakan, bahwa pada tahun 2013, sempat terjadi kekurangan pasokan bawang putih ke pasar. Hal ini membuat harga bawang putih bisa melejit hingga Rp70 ribu per kilogram (kg).

"Kami juga nangis waktu melihat harga bawang putih Rp70 ribu per kg," kata dia.

Selanjutnya, Anas tak mau disebut sebagai mafia perdagangan. "Kalau terlambat pasokannya, lalu harga naik, masak kami dibilang mafia perdagangan?" kata dia.

Sementara itu, pedagang bawang merah juga mengatakan hal yang sama. Mereka enggan disebut sebagai mafia. Alasannya, bawang merah bukanlah komoditas pangan yang bisa ditimbun.

"Kalau ditahan lama-lama, akan semakin menumpuk, kan, Pak?" kata seorang pedagang bawang merah, Hendra Putra, kepada Rachmat.

Untuk itu, lanjut Hendra, mereka meminta agar Rachmat melindungi mereka dari tudingan-tudingan miring.

"Saya meminta perlindungan Bapak Menteri. Ketika harga naik, kami yang disalahkan. Ketika harga turun, jujur, kami juga disalahkan petani. Serba salah kami, Pak Menteri," kata dia. (one)