Juni-Juli 2015, Ekspor Kelapa Sawit Turun 8 Persen

Petani kelapa sawit.
Sumber :
  • ANTARA/Rony Muharrman
VIVA.co.id - Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit menyatakan, selama bulan Juni hingga Juli 2015 terjadi penurunan ekspor minyak sawit sebesar delapan persen. Direktur BPDP Kelapa Sawit, Bayu Krisnamukthi mengatakan, penurunan angka eskpor ini lebih dikarenakan naiknya harga minyak dunia, yang saat ini sudah menyentuh US$40,55 per barel.

"Kalau mereka (eksportir) meneruskan ekspornya, mereka akan mengalami kerugian," kata Bayu di JCC Senayan, Jakarta, Kamis, 20 Agustus 2015.

Menurut Bayu, dengan tingginya harga minyak dunia dipastikan membuat harga komoditi akan mengalami penurunan, seperti karet, kopi dan minyak kelapa sawit.


Hal ini juga, kata Bayu,yang menyebabkan para importir banyak yang berpikir ulang untuk menahan, bahkan untuk tidak melakukan pengiriman barang.


"Begitu juga kalau itu ditransfer ke petani, bahkan beberapa petani sudah mulai berhenti panen dulu karena harganya sudah tidak bisa menutupi biaya panen," katanya.


Ia juga menjelaskan, penurunan ini bukan karena adanya kebijakan dana pungutan kelapa sawit atau
CPO Fund
. Meski begitu, dalam hal ini terjadi fenomena menarik setelah adanya kebijakan
CPO Fund
. Industri sawit luar negeri bukannya menurunkan ekspor bahan mentah, melainkan tetap membeli CPO turunan.


"Sekarang sudah makin lebih banyak yang ke hilir karena memang selisih pungutannya besar, CPO pungutannya US$50. Kalau jadi RBD (
Refined Bleached Deodorized
), yaitu satu level diolah dari CPO, pungutannya US$30. Dengan beda US$20 bagi mereka sangat menguntungkan," ujarnya


Bayu, mengatakan untuk setiap harga sawit di Tanah Air, terutama untuk ekspor, masih tergantung dengan harga minyak dunia.


"Terus terang saja, ini murni ada masalah yang lebih besar dari sekadar sawit. Kalau kita menggunakan data histori ekspor Indonesia, ekspor komoditi itu terkait dengan harga minyak," kata Bayu.