Studi: Nonton TV Berlama-lama Merusak Paru-paru

Ilustrasi menonton televisi
Sumber :
  • iStock

VIVA.co.id - Menonton televisi dalam waktu berjam-jam lamanya bisa meningkatkan risiko gangguan bagi paru-paru Anda.

Peringatan itu disampaikan usai hasil studi baru Universitas Osaka, Jepang. Peneliti universitas itu menyebutkan menonton televisi lima jam atau lebih dalam sehari meningkatkan risiko pulmonary embolism yang fatal.

Pulmonary embolism merupakan kondisi yang menyebabkan gangguan arteri utama paru-paru yang diakibatkan pembekuan darah.

Dikutip dari Livemint, Senin 31 Agustus 2015, peneliti mengatakan keterkaitan antara duduk berlama-lama dan pulmonary embolism sebenarnya telah dtemukan Perang Dunia II di London.

Sedangkan pada zaman modern kali ini, peneliti kesehatan publik Departemen Kesehatan Sosial Universitas Osaka, Toru Shirakawa mengatakan duduk dalam pesawat kelas ekonomi juga menyebabkan pulmonary embolism. Makanya, sindrom ini disebut dengan 'sindrom kelas ekonomi'.

"Pulmonary embolism merupakan hal yang serius dan bisa fatal, penyakit pembuluh darah yang terkait paru-paru dicirikan dengan tiba-tiba mengalami nyeri dada atau susah bernafas," kata Shirakawa.

Untuk sampai pada kesimpulan tersebut, studi yang telah dimulai antara 1988 dan 1990 itu melibatkan 86.024 responden berumur 40 sampai 79 tahun, dengan rincian 36.007 pria dan 50.017 wanita.

Responden diminta untuk menjawab pertanyaan termasuk informasi rata-rata menonton televisi per hari.

Peneliti kemudian membagi waktu menonton televisi menjadi tiga bagian yaitu, kurang dari 2,5 jam; 2,5-4,9 jam; dan di atas 5 jam per hari.

Risiko yang diakibatkan pulmonary embolism berdasarkan lamanya menonton televisi dihitung setelah menyesuaikan faktor lain seperti usia, jenis kelamin, riwayat darah tinggi, riwayat diabetes, perokok atau tidak, peminum atau tidak, indeks massa tubuh, kebiasaan olahraga atau jalan sampai status menopause.

Dari situ peneliti menemukan orang yang rata-rata menonton televisi lebih dari lima jam per hari punya risiko dua kali lipat terkena pulmonary embolism dibanding responden yang menonton televisi kurang dari 2,5 jam per hari.
Dalam studi itu, peneliti mencatat ada 59 kematian yang diakibatkan pulmonary embolism.

Keterkaitan antara menonton televisi dalam waktu lama dan kematian itu disebutkan lebih menonjol terjadi pada penonton di bawah 60 tahun. Usia tersebut disebutkan punya risiko enam kali lipat terkena pulmonary embolism dibanding penonton yang melihat televisi kurang dari 2,5 jam sehari.

Pada usia di bawah 60 tahun itu, responden yang menonton televisi 2,5 sampai 4,9 jam  per hari punya risiko tiga kali lipat dibanding yang menonton kurang dari 2,5 jam per hari. (ase)