20-10-1967: Ribuan Warga Protes AS Ikut Perang Vietnam

Suasana Perang Vietnam pada 1960an.
Sumber :
  • REUTERS

VIVA.co.id - 48 tahun yang lalu, sekitar 4.000 warga memenuhi jalan-jalan di kota Oakland, California, Amerika Serikat untuk memprotes keterlibatan pemerintah mereka dalam perang Vietnam.

Salah satu konsekuensi dari keterlibatan AS di perang tersebut yakni, pemerintah mewajibkan adanya wajib militer untuk ikut dikirim berperang ke sana. 

Stasiun berita BBC melansir kota Oakland sempat dibuat lumpuh karena para pengunjuk rasa membangun barikade di sepanjang jalan untuk menghalangi bus-bus membawa para pemuda yang direkrut masuk wajib militer. Polisi pun terpaksa didatangkan dari San Francisco. Maka, unjuk rasa pun berujung ricuh. 

Para demonstran banyak yang mengenakan helm dan memegang kayu. Kemudian membalikkan mobil, melempari botol, kaleng dan batu ke arah polisi. Akibatnya, sebanyak empat orang terluka dan tujuh demonstran lainnya ditahan. 

Polisi pun menghadapi para demonstran dengan tindak kekerasan. Mereka menggunakan semprotan cairan kimia dan alat pemukul untuk membubarkan demonstrasi. Cara penanganan yang represif justru membuat para demonstran kian geram. Alhasil, unjuk rasa kian meluas di seluruh Amerika. 

Demonstrasi itu merupakan bagian dari peringatan yang disebut "stop the draft week". Peringatan itu ditandai dengan aksi unjuk rasa secara damai di seluruh kota di Negeri Paman Sam. Bahkan, unjuk rasa juga meluas hingga ke ibukota Washington DC.

Mereka juga menyasar seluruh jalan-jalan di ibukota. Total, terdapat sekitar 40 ribu orang yang ikut berdemonstrasi dari Lincoln Memorial ke Pentagon. 

Selain turun ke jalan, para demonstran juga berupaya menggangu pusat induksi militer. Alhasil, para pemuda yang terdaftar untuk ikut wajib militer, malah membakar kartu pendaftaran itu. Padahal, sesuai aturan hukum, perbuatan itu dianggap ilegal.

Sebanyak 50 orang yang menolak kartu itu dibui. Sementara, sekitar 7.000 orang lainnya memilih meninggalkan AS. Kebanyakan dari mereka kabur ke Kanada. Mereka tak ingin mengikuti wajib militer. 

Berdasarkan survei, dukungan warga AS untuk perang Vietnam perlahan-lahan mulai menurun. Presiden AS saat itu, Lyndon Johnson diserang oleh berbagai pihak, baik pihak yang yakin dia tidak cukup agresif dalam Perang Vietnam dan pihak yang beranggapan seharusnya pasukan AS ditarik dari medan pertempuran.

Pada Maret 1968, Johnson mengumumkan penghentian aksi pemboman di Vietnam Utara sebagai langkah awal negosiasi untuk masuk ke tahap perdamaian. Di waktu yang sama, Johnson ikut mengumumkan dirinya tidak lagi maju dalam pemilihan Presiden. 

Dia turun dari posisinya sebagai orang nomor satu AS di tahun 1968. Padahal, saat itu perang di Vietnam belum usai. Alhasil, Johnson terus terlibat secara dekat dalam proses negosiasi damai di Vietnam. Puncaknya adalah "Kesepakatan Damai Paris" yang diteken tahun 1973. 

Sayang, Johnson tidak sempat melihat kesepakatan itu ditandatangani. Lima hari sebelumnya yakni 22 Januari 1973, Johnson dilaporkan wafat karena terkena serangan jantung ketika tengah berada di sebuah peternakan di Texas. (ase)