Provinsi Sulawesi Tengah
Alamat: BAPPEDA
Jln. Prof. Dr. Moh. Yamin, SH No. 7 PALU - SULTENG 94112
Telepon: (0451) 421844
Fax: (0451) 421844
Email: admin@sulteng.go.id
Website: http://www.sulteng.go.id
Provinsi Sulawesi Tengah berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Provinsi Gorontalo di sebelah utara, Provinsi Maluku dan Maluku Utara di sebelah timur, Provinsi Sulawesi Selatan dan provinsi Sulawesi Tenggara di sebelah selatan serta Selat Makassar dan Provinsi Sulawesi Barat di sebelah barat. Ibukota Provinsi adalah Kota Palu dengan gubernur H. Bandjela Paliudju (2006-2011).
Jumlah penduduk sebesar 2,44 juta jiwa (Oktober 2008) dengan tingkat kepadatan penduduk 36 kilometer persegi km2 (2006). Jumlah angkatan kerja sebanyak 1,20 juta jiwa (Agustus 2008). Tingkat penyerapan tenaga kerja sebesar 1,13 juta jiwa naik 4,41 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 5,45 persen dimana nilai ini masih lebih rendah dibandingkan TPT nasional (8,39 persen).
Jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 sebanyak 558 ribu jiwa (22,46 persen) dimana 87,96 persen berada di pedesaan. Upah Minimum Provinsi (UMP) tahun 2009 sebesar Rp 720.000. Jumlah penerima BLT (2005) menurut kategori sangat miskin sebanyak 85 ribu jiwa, miskin sebanyak 84 ribu jiwa, dan mendekati miskin sebanyak 43 ribu jiwa.
SUMBER DAYA ALAM
Pertanian, Perkebunan dan Perikanan
Luas lahan persawahan sebesar 151 ribu ha yang meliputi lahan sawah irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana, irigasi desa dan lahan sawah non irigasi teknis dengan hasil yang diproduksi mencapai 727 ribu ton/ha. Luas lahan palawija, hortikultura, sayur-sayuran mencapai 739 ribu ha dengan jumlah produksi 300 ribu ton/ha dan tanaman buah-buahan yang dihasilkan antara lain jeruk keprok, nangka, labu siam, durian dan pisang yang mencapai 50 ribu ton/ha. Komoditas perkebunan di Provinsi Sulawesi Tengah terdiri dari 16 komoditas dengan luas areal 480 ribu ha dengan produksi 727 ribu ton yang dikelola oleh perkebunan rakyat dan perkebunan besar swasta. Komoditas unggulannya adalah kelapa, kakao, kelapa sawit, kopi, karet, vanili dan lada. Potensi perikanan adalah 93 ribu ton per tahun yang terdapat di 3 zona yaitu Zona I=Selat Makassar, Zona II=Teluk Tomini dan Zona III=Teluk Tolo yang merupakan potensi laut dan air tawar.
Kehutanan
Luas wilayah kehutanan mencapai 4,39 juta ha yang terdiri dari hutan lindung, hutan suaka dan wisata, hutan produksi tetap, dan hutan konversi. Hasil produksi yang dapat diambil sebanyak 105,80 juta m3 yang terdiri dari kayu bulat, kayu gergajian, kayu eboni, rotan dan damar.
Pertambangan
Sumberdaya bahan galian dan mineral yang terdapat di Provinsi Sulawesi Tengah antara lain bahan galian golongan A (strategis) antara lain minyak dan gas bumi, batubara dan nikel; bahan galian golongan B (vital) antara lain emas, molibdenum, chronit, tembaga dan belerang; dan bahan galian golongan C (bukan strategis dan vital) antara lain sirtukil, granit, marmer, pasir kuarsa, pasir besi, lempung dan sebagainya.
Tabel 1
Potensi Sumberdaya Mineral di Provinsi Sulawesi Selatan
No | Jenis Tambang | Wilayah | Luas | Potensi Cadangan |
1 | Minyak dan Gas Bumi | Kab. Banggai dan Morowali | - | - |
2 | Gas | Kab. Banggai | - | 4 trilyun kubik (TCF) |
3 | Batubara | Kab. Morowali, Kab. Donggala, Kab. Banggai Kepulauan |
15 ha | - |
4 | Nikel | Kab. Morowali, Kab. Banggai dan Kab. Tojo Unauna | 322.200 ha | 8 juta WMT |
5 | Galena (Timah Hitam) | Kab. Donggala, Kab. Tolitoli dan Kab. Poso. | - | 100 juta ton |
6 | Emas | Kota Palu, Kab. Parigi Moutong, Kab. Buol, Kab. Poso, Kab. Donggala | 1,66 juta ha | 16 juta ton |
7 | Molibdenum | Kab. Tolitoli | - | 100 juta ton |
8 | Chromit | Kab. Morowali, Kab. Buol, Kab. Banggai Kepulauan | 1.232 ha | - |
9 | Tembaga | Kab. Parigi Moutong, Kab. Buol | - | - |
10 | Belerang | Kab. Tojo Una-Una | - | - |
11 | Granit | Kab. Tolitoli, Kab. Donggala, Kab. Banggai Kepulauan | - | 259,46 miliar m³ |
12 | Marmer | Kab. Poso dan Kab. Morowali | - | - |
13 | Pasir dan Batu | Terdapat di hampir semua sungai | - | - |
14 | Diorit dan Andesit | Kab. Donggala dan Kab. Buol | - | - |
15 | Pasir Felspar-Kuarsa | Kab. Donggala dan Kab. Tolitoli | - | 71,21 juta m³ |
16 | Gibsum | Kota Palu | - | - |
17 | Gips | - | ±200 ha | - |
18 | Lempung dan Tanah Liat | Kab. Banggai, Kab. Buol, Kab. Morowali, Kab. Donggala | - | 6,97 juta m³ |
19 | Batu Gamping | Kab. Poso, Kab. Morowali, Kab. Bangkep, Kab. Banggai, Kab. Buol, Kab. Ganti | - | 148,005 miliar m³ |
20 | Pospat | Kab. Donggala, Kab. Poso | - | - |
21 | Koalin | Kab. Parigi Moutong, Kab. Bangkep | - | - |
22 | Batu Giok (Jade) | Kab. Poso | - | - |
23 | Pasir Kuarsa | Kab. Parigi Moutong, Kab. Bangkep | - | 2,5 juta m3 |
24 | Batu Apung | Kab. Bangkep | - | - |
25 | Talk | Pompangeo, Taripa dan S. Uedago | - | - |
KONDISI EKONOMI MAKRO TRIWULAN III-2009
Pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar 7,10% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,61% (yoy), dimana kontribusi utama adalah ekspor, konsumsi rumah tangga, investasi, dan konsumsi pemerintah. Selain itu, sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, dan sektor bangunan.
Laju inflasi triwulanan cenderung meningkat yang disebabkan faktor musiman Idul Fitri. Secara tahunan, laju inflasi Kota Palu pada akhir periode mencapai 4,16% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi pada akhir triwulan II-2009 sebesar 5,83% (yoy), namun masih lebih tinggi dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 2,83% (yoy). Pada bulan September 2009, inflasi bulanan mencapai 0,77% (mtm), sedangkan inflasi triwulanan mencapai 3,35% (qtq).
Indikator | 2008 | 2009 | |
Triwulan II | Triwulan III | ||
Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Palu | 114,41**) | 116,03**) | 119,92**) |
Laju Inflasi Tahunan (%) Kota Palu | 10,4 | 5,83 | 4,16 |
PDRB– harga konstan 2000 (miliar Rp) | 14.746,02 | 3.807,28 | 4188,96 ) |
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sampai dengan periode ini mengalami surplus sebesar Rp177,50 miliar, yang disebabkan oleh nilai realisasi belanja daerah yang masih lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pendapatan daerah hingga akhir periode. Realisasi belanja daerah mencapai Rp566,83 miliar atau 51,55% dari total anggaran belanja daerah tahun 2009 sebesar Rp1.099,68 miliar. Nilai ini masih dibawah realisasi pendapatan daerah yang mencapai Rp744,33 miliar atau 70,04% dari total anggaran pendapatan daerah tahun 2009 sebesar Rp1.062,74 miliar.