19-11-1977: Kunjungan Perdana Presiden Mesir ke Israel

PM Israel, Menachem Begin (kiri) dan Presiden Mesir, Anwar Sadat (tengah).
Sumber :
  • www.bridgesforpeace.com
VIVA.co.id
- 38 Tahun yang lalu, Presiden Mesir, Anwar Sadat mengukir sejarah dengan melakukan kunjungan kenegaraan ke Israel. Kunjungan tersebut dianggap kontroversial, karena Sadat menjadi pemimpin negara Timur-Tengah pertama yang menjejakkan kaki ke negara Yahudi tersebut. 

Stasiun berita BBC melansir, begitu tiba di Bandara Ben Gurion, Sadat langsung disambut oleh Perdana Menteri Israel kala itu, Menachim Begin dan Presiden Ephraim Katzir dengan menggunakan upacara resmi. Sebanyak 21 tembakan dilepaskan ke udara sebagai tanda untuk menghormati Sadat. 

Sesuai dengan jadwal, Sadat berada di Tel Aviv selama tiga hari. Usai disambut dengan upacara kenegaraan resmi di bandara, dia langsung diantar menuju ke Yerusalem dan melakukan pertemuan tertutup dengan Begin selama satu jam. 

Keesokan harinya, Sadat dijadwalkan berpidato di depan parlemen Israel yang disebut Knesset. Pidatonya itu disiarkan secara langsung dan dapat disaksikan oleh ratusan juta pemirsa di seluruh dunia. Sadat menyampaikan pidato dalam Bahasa Arab, salah satu bahasa resmi yang digunakan di Knesset. Sedangkan, Begin merespons dengan Bahasa Ibrani dan langsung diterjemahkan di saat bersamaan ke Bahasa Arab agar dipahami Sadat. 

Dalam pidatonya di hadapan anggota parlemen Knesset, Sadat mengatakan menyambut baik kehadiran Israel dan bersedia untuk hidup berdampingan secara damai serta aman. 

Kunjungan Sadat itu membuat dunia internasional terkejut. Mereka tak menyangka tawaran Begin untuk berkunjung ke Israel direspons secara positif.

Israel dan Mesir diketahui telah berperang dalam empat peperangan. Sementara, Israel diketahui masih menduduki area di Semenanjung Sinai, yang notabene menjadi daerah kekuasaan Mesir sejak 1967.  

Di hadapan parlemen Mesir, Sadat mengatakan kunjungannya ke Israel hanya dianggap sebagai upaya mencari perhatian. Tetapi, akibat kunjungannya itu, Sadat jadi dikucilkan dan dilecehkan di dunia negara-negara Arab. Dia dianggap melanggar kebijakan negara di kawasan Timur Tengah untuk tidak melakukan kontak dengan Israel. 

Oleh sebab itu, terjadi banyak aksi unjuk rasa di seluruh dunia yang memprotes kunjungan tersebut. Israel sampai harus memperketat keamanan dan mengerahkan sekitar 10 ribu orang untuk memastikan keselamatan Sadat. 

Di sisi lain, dampak dari kunjungan tersebut berujung pada pembicaraan kedua pemimpin dan ditekennya kesepakatan Camp David pada Maret 1979. Atas upayanya itu, Komite Nobel memberikan penghargaan Nobel Perdamaian bagi Sadat dan Begin.

Namun, pada Oktober 1981, Sadat tewas dibunuh oleh sekelompok pasukan ketika tengah menghadiri parade militer di Kairo.