Publikasi Riset 'Seret', Daya Saing RI Makin Lemah

Menristekdikti Muhammad Nasir
Sumber :
  • VIVA.co.id/Agus Tri Haryanto

VIVA.co.id - Berdasarkan data World Economic Forum (WEF) 2015-2016, Indonesia tergolong 'lemah' dalam hal daya saing ekonomi. Sebab, dalam data tersebut posisi Indonesia melorot dari peringkat 34 ke 37.

Bahkan, untuk bersaing dengan negara tetangga, Indonesia berada di belakang Singapura (2), Malaysia (18), dan Thailand (32). Tercatat, Indonesia cuma unggul dari Filipina (47), Vietnam (56), Laos (83), Kamboja (90), dan Myanmar (131).

Melihat kondisi tersebut, Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhammad Nasir kecewa. Padahal, posisi daya saing ekonomi Indonesia bisa ditopang dengan publikasi ilimiah internasional dari para ilmuwan lokal.

"Ini menandakan, kalau daya saing ekonomi Indonesia itu rendah. Publikasi ilmiah internasional dari hasil inovasi ilmuwan belum mampu mendorong Indonesia untuk bersaing," ujar Nasir di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta, Jumat 4 Desember 2015.

Nasir juga mengeluhkan turunnya peringkat Indonesia tak sesuai dengan faktanya di lapangan. Sebab, bila dilihat dari jumlah perguruan tinggi, Indonesia lebih banyak daripada Malaysia.

"Apa yang membuat riset publikasi kita lemah. Padahal, jumlah perguruan tinggi negeri kita ada 134, lalu perguruan swastanya ada 42. Sementara itu, Malaysia ada 100 perguruan tinggi negeri dan swasta," ucapnya.

Untuk itu, agar menguatkan daya saing tersebut, ada dua solusi yang dapat dilakukan, yakni kesiapan teknologi dan inovasi. Maka dari itu, Kementerian Ristek dan Dikti berkolaborasi dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan.

"Kedua pilar itu, salah satunya didukung oleh produktivitas riset yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah internasional. Publikasi hasil-hasil penelitian merupakan bagian penting dari metoda ilmiah, tulisan dalam jurnal ilmiah ditujukkan untuk para peneliti dan para ahli lainnya di bidang yang sama. Tulisan dalam jurnal akan menjadi bagian dari rekam ilmiah untuk selamanya," tuturnya.

Diketahui, pemeringakatan WEF ini dilihat dari penggabungan data kuantitatif dan survei, di mana penelian peringkatan daya saing global berdasarkan 113 indikator yang dikelompokkan dalam 12 pilar daya saing, yaitu institusi, infrastruktur, kondisi dan situasi ekonomi makro, kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan tingkat atas dan pelatihan, efisiensi pasar, efisiensi tenaga kerja, pengembangan pasar finansial, kesiapan teknologi, ukuran pasar, lingkungan bisnis, dan inovasi.‎ (asp)