Cerita di Balik Rumah Tradisional dalam Uang Rp10.000
Selasa, 22 Desember 2015 - 17:39 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/ Rintan Puspitasari
VIVA.co.id
- Berkunjung ke kota pempek, Palembang, kurang lengkap rasanya kalau tidak melihat langsung rumah tradisional asli dari provinsi Sumatera Selatan.
Melihat bentuk asli rumah Limas yang ada di Palembang, Sumatera Selatan, seolah mengingatkan pada uang kertas Rp10.000.
Pasti banyak yang bertanya-tanya apa alasannya rumah tersebut dijadikan gambar uang kertas Rp10 ribu. Ternyata rumah limas yang menjadi bagian dari isi museum Negeri Sumatera Selatan, atau lebih dikenal dengan nama museum Balaputra Dewa memiliki keistimewaan. Sehingga tak heran, jika dicetak ke dalam uang kertas Rp10 ribu.
Apa saja keistimewaannya? Di tengah tutup atap rumah limas memiliki ornamen berbentuk simbar. Simbar atau tanduk selain sebagai hiasan juga berfungsi sebagai penangkal petir.
Jumlah simbar di setiap atap rumah tidaklah sama, dan setiap simbar memiliki makna. Simbar atau tanduk berjumlah dua menggambarkan Adam dan Hawa, sedangkan jumlah tiga melambangkan matahari, bulan dan bintang.
Jika berjumlah empat melambangkan sahabat nabi, sedangkan kalau berjumlah lima, menggambarkan rukun Islam.
Jenjang lantai atau bengkilas, memiliki filosofi kedudukan seseorang. Bagian paling bawah, biasanya digunakan oleh orang dengan kedudukan yang disebut Kemas.
Arsitektur rumah tradisional ini memang di pinggir sungai Musi, dengan posisi salah satu kaki di bagian tanah, sedangkan yang lainnya ada di dalam air.
Rumah ini awalnya milik Pangeran Syarif Abdurrahman Al-Habsyi dan dibangun tahun 1830, kemudian dibeli Pangeran batun dan dipindah ke Pemulutan, kemudian dipindahkan oleh Pangeran Punto ke Talang Pangeran tahun 1930.
Baca Juga :
Baca Juga :