Ini Sebab Kebijakan Harga Pangan Tak Terarah

Sumber :
  • http://jelajahtravkulindonesia.blogspot.co.id/
VIVA.co.id - Lonjakan harga pangan yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir, membuat adanya silang pendapat antara Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian. 

Namun, data pangan yang simpang siur sampai saat ini menjadi penyebab utama.

Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong, mengatakan kesimpangsiuran data pangan ini, pada akhirnya memengaruhi segala macam kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Hal ini yang pada akhirnya memicu silang pendapat.

"Saya kira, sudah bukan rahasia publik, data kita simpang siur dan berantakan. Akhirnya, kebijakan pemerintah juga simpang siur, karena data yang tidak beres," kata Tom, sapaan akrab Thomas, di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu 27 Januari 2016.

Menurutnya, kesimpangsiuran tersebut harus segera dibenahi, sehingga tidak menimbulkan silang pendapat di kemudian hari. Namun, Tom menegaskan, kesadaran tiap pemimpin di kementerian menjadi prioritas utama, sebelum melakukan pembenahan.

"Kalau mau benahi suatu masalah, harus mengakuinya. Saya tidak terlalu sedih, atau marah. Akui secara jujur, dan mulai membenahinya. Informasi data ini kurang sekali," tuturnya.

Dalam waktu dekat, kata Tom, pemerintah pun akan segera menerapkan sistem perdagangan melalui situs online. Diharapkan, dengan sistem ini, para stakeholder yang berhubungan langsung dengan konsumen akan terkoneksi dalam satu platform jaringan yang efisien.

"Misalnya, petani bisa memberikan informasi data panen, harganya, pembeli, dan penjual bisa sama-sama melihatnya. Transaksi bisa langsung, dan memangkas rantai perdagangan," kata Tom.

Sementara itu, di tempat yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, meminta kepada Mendag maupun Menteri Perindustrian untuk tidak mencari solusi masing-masing ketika terjadi silang pendapat. Walaupun kedua pihak memiliki pandangan sendiri terkait harga pangan.

"Ada kantor Menko Perekonomian yang akan mencari jalan keluar. Jadi, tidak usah khawatir. Sejauh ini, kami punya kesempatan untuk semua komoditas pangan. Bagaimana perkiraan produksinya, kebutuhan, impor juga bagaimana," ujar dia. (asp)