05-04-1945: Tumpas Jerman, Tokoh Ini Persilakan Soviet Masuk

Josef Stalin dan Josip Broz Tito (kanan)
Sumber :
  • www.funwithcy.com

VIVA.co.id - Hari ini, 71 tahun lalu, pemimpin kharismatik Partisan Yugoslavia, Josip Broz Tito, menandatangani perjanjian yang mengizinkan 'masuk sementara' tentara Uni Soviet ke wilayahnya.

Mengutip situs History, Tito yang juga Sekretaris Jenderal Partai Komunis Yugoslavia, melihat kekuatan Axis, Jerman dan Italia, kala itu sulit ditaklukkan.

Maka dari itu, ia melancarkan strategi dengan mempersilakan Tentara Merah melakukan operasi di kawasan timur laut negeri itu.

Upaya itu berhasil, dan tentara Jerman menarik seluruh pasukannya ke wilayah perbatasan. Dengan langkah itu, berakhir pula pendudukan asing atas Yugoslavia, dan Tito dengan tegas mempersilakan Soviet hengkang dari negaranya.

Tito menjadi tokoh yang amat populer di mata rakyat.

Ia juga berhasil menghimpun seluruh kekuatan yang terdiri atas beragam etnis dan agama, bahkan ideologi. Negeri itu lalu mengubah namanya menjadi Republik Federasi Sosialis Yugoslavia, dari sebelumnya berbentuk kerajaan.

Dari kawan jadi lawan

Di masa-masa awal setelah Perang Dunia II, Tito dikenal sebagai pemimpin yang amat loyal kepada Moskow. Di Blok Timur, ia dianggap sebagai orang kedua setelah Stalin. Tapi, sesungguhnya, hubungan Tito dengan pemimpin Soviet itu tak semulus yang tampak.

Stalin merasa ada ganjalan karena menilai sikap Tito terlalu independen. Dan itu terbukti beberapa waktu kemudian.

Pemimpin Yugoslavia itu melepaskan sama sekali persekutuannya dengan Uni Soviet. Tito memandang, negerinya berhak meraih keinginannya sendiri.

Lebih menyakitkan lagi, setelah Tito mengumumkan model pembangunan ekonomi sosialisme yang ditempuh Yugoslavia, yang tentunya lepas dari pengaruh Uni Soviet.

Model sosialisme yang dikembangkan Tito mendapat julukan 'Titoisme'.

Delapan tahun kemudian, tepatnya 14 Januari 1953, Tito terpilih menjadi Presiden Yugoslavia menggantikan Ivan Ribar.

Ia pun berperan dalam pembentukan Gerakan Nonblok pada 1955.

Banyak tokoh dunia mengakui kehebatan Tito. Ia dilukiskan sebagai diplomat sangat ulung yang luwes bergaul dengan Blok Barat dan Blok Timur. Walau masuk dalam jajaran negara sosialis, Tito tidak pernah membawa negerinya masuk ke dalam salah satu blok itu.

Negara sosialis yang terbuka

Di bawah kepemimpinannya, Yugoslavia tumbuh menjadi negara sosialis yang kuat di Eropa Timur tanpa harus menjadi anggota Pakta Warsawa atau NATO.

Di dalam negeri, ia berhasil menyeimbangkan semua kekuatan yang punya potensi bertikai dan pecah di antara enam negara bagian dan dua daerah otonom.

Stabilitas politik negeri itu terbangun di atas kepiawaiannya menghidupkan rasa nasionalisme tanpa membedakan etnis. Tito juga menjadikan Yugoslavia sebagai negara sosialis yang paling terbuka di dunia.

Warga negaranya dengan mudah dan terbuka diizinkan bekerja dan berkunjung ke negara-negara Eropa Barat. Demikian juga sebaliknya. Pertukaran ide dan peningkatan kerja sama ilmu pengetahuan dengan dunia Barat, berjalan baik.

Namun sayang, pada 4 Mei 1980 Tito wafat setelah empat bulan dirawat di Rumah Sakit Ljubljana. Tak kurang, pemimpin dari 128 negara dari semua blok menghadiri acara pemakaman Tito.

Yugoslavia terjerembab dalam perang sipil antaretnis berkepanjangan sampai akhirnya terpecah-pecah dan bubar pada 1999.

Laporan: Dinia Adrianjara