Alasan Orang Kaya Indonesia Gemar Beli Properti Luar Negeri

Ilustrasi rumah mewah dengan kolam renang.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Sebagian besar orang kaya Indonesia ternyata memilih Australia sebagai tempat untuk membeli properti di luar negeri di urutan pertama.

Dikutip VIVA.co.id dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 29 April 2016, hal tersebut berdasarkan hasil survei property affordability sentiment index 2015 yang dilakukan Rumah.com.

Survei itu mengungkapkan pendapat 1.070 responden Indonesia tentang kepemilikian properti di luar negeri. Hasilnya, Australia (39 persen) menduduki urutan pertama sebagai lokasi properti yang dimiliki masyarakat Indonesia saat ini.

Kemudian, disusul Amerika Serikat (27 persen), Inggris (sembilan persen) dan Singapura (tujuh persen). Meski demikian, Singapura tetap menjadi negara favorit orang Indonesia saat memilih properti luar negeri di masa depan, disusul Malaysia.
 
Para pemilik properti di luar negeri mengungkapkan, lingkungan dan metode pembiayaan yang lebih baik menjadi faktor ketika membeli properti di luar negeri. 

Harga sewa yang lebih tinggi, perencanaan pendidikan anak di masa depan dan risiko yang lebih rendah terhadap inflasi dan lonjakan kurs dolar AS juga menjadi faktor utama pertimbangan para konsumen properti untuk berinvestasi properti di luar negeri. 

Selengkapnya, berikut alasan masyarakat Indonesia memilih properti di luar negeri:

Lingkungan yang baik: 69 persen
Opsi keuangan yang bagus: 58 persen
Harga sewa yang lebih tinggi: 55 persen
Untuk keluarga: 55 persen
Harga property lebih terjangkau: 54 persen
Pilihan investasi yang menguntungkan: 50 persen
Kuat melawan inflasi atau risiko mata uang: 50 persen
Merasa cocok dengan kebijakan pemerintah: 32 persen
Untuk tujuan pensiun: 27 persen
Untuk rencana pendidikan anak: 21 persen

Faktor-faktor di atas ternyata tidak mempengaruhi 93 persen responden lainnya yang mengaku tidak tertarik untuk membeli properti di luar negeri tahun ini.
 
Wasudewan, Country Manager Rumah.com mengatakan, hasil survei yang menunjukkan rendahnya minat masyarakat untuk investasi properti di luar negeri dan cenderung untuk membeli properti di dalam negeri terlepas dari harga properti yang dianggap mahal dan terlalu cepat naik memberikan petunjuk positif terhadap peningkatan pasar properti dalam negeri tahun ini, meskipun pertumbuhan ekonomi masih lambat.
 
“Meski demikian, pilihan untuk berinvestasi di luar negeri bagi sebagian masyarakat Indonesia tetap menjadi opsi menarik dengan alasan investasi yang menguntungkan dan dukungan pemerintah lokal. Singapura, misalnya. Saat ini, mayoritas pembeli properti di Singapura yang berasal dari luar negeri adalah Indonesia. Bahkan saat terjadi penurunan sekitar 30 persen pada tahun 2014 dan 2015 di Singapura, jumlah pembeli dari Indonesia masih lebih banyak dibandingkan pembeli dari negara lain,” ujarnya.
 
Di negeri tersebut, paparnya, warga asing memang berhak membeli kondominium tanpa syarat yang berbelit walau menerapkan pajak tambahan sekitar 15 persen saja. 

"Bank lokal juga bersedia memberikan kredit yang hampir sama dengan kredit pemilikan apartemen di Indonesia,” katanya.