Industri Pelayaran di Ambang Krisis

Kapal nelayan di Muara Baru Jakarta
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta

VIVA.co.id – Asosiasi Pengusaha Pelayaran Nasional atau Indonesian National Shipowners Association (INSA) menyatakan bahwa kondisi dunia pelayaran global saat ini sedang di ambang krisis. Sejumlah perusahaan raksasa dunia di sektor pelayaran bahkan mengalami kerugian, menurunkan kapasitas angkut, hingga melakukan PHK besar-besaran. 

Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto menyampaikan bahwa kondisi serupa  tak dipungkiri juga dialami dunia pelayaran dalam negeri. Bahkan, kata dia, banyak armada kapal nasional yang idle (tidak beroperasi)

"Contohnya, jenis kapal tongkang batubara itu idle sekitar 60 persen, kapal general cargo idle 40 persen, kapal-kapal hulu migas idle 60 persen. Sisanya tetap beroperasi tapi mengalami kerugian, dan hanya sedikit sekali yang Break Event Point (BEP) dan mendapat keuntungan," kata Carmelita dalam pembukaan Rakernas INSA di Double Tree By Hilton Hotel, Jakarta, Senin 16 Mei 2016. 

Ia mengungkapkan bahwa kondisi ini telah terjadi semenjak dua tahun yang lalu yang mana masih berlangsung hingga saat ini. Namun, pihaknya merasa mendapatkan stimulus atau pemantik dari pemerintah yang ingin mengembangkan transportasi Indonesia yang berbasis kemaritiman.

"Pemerintah telah mengubah arah kebijakan pembangunan nasional yang selama ini lebih diarahkan ke pembangunan berbasis daratan atau land base menjadi berorientasi maritim atau Maritime base," kata dia. 

Ia mengatakan bahwa langkah ini merupakan angin segar bagi pengusaha pelayaran untuk sedikit-sedikit berubah ke arah yang lebih baik. Ia mengaku sangat mengapresiasi langkah pemerintah untuk mengembangkan koridor ekonomi yang berbasis maritim.

"Langkah pemerintah tersebut merupakan hal yang sudah seharusnya diambil, sebab Indonesia adalah negara maritim. Sebagai negara maritim, bangsa Indonesia harus menyadari dan melihat bangsa. Karena identitas dan kemakmuran sangat ditentukan bagaimana kita mengelola samudera," tutur dia.