SBY Minta Pemerintah Tak Cuma Sibuk Urus Harga Daging

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan Ani Yudhoyono.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto (Semarang)

VIVA.co.id – Di tengah situasi perekonomian Indonesia yang lemah, pemerintah diminta untuk tak sibuk bekerja mengontrol tingginya harga daging, tetapi bagaimana meningkatkan daya beli rakyat, melalui penciptaan lapangan pekerjaan yang baru di sektor riil.

"Partai Demokrat menilai langkah-langkah pemerintah untuk mengatasi gejolak harga kebutuhan pokok tersebut tepat. Namun, sebaiknya upaya yang ditempuh tidak sebatas mengatasi meroketnya harga daging sapi dan gula pasir, tetapi lebih dalam lagi," kata Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Jumat malam, 10 Juni 2016.

Alasannya, kata SBY, pertumbuhan ekonomi yang rendah tak hanya berpengaruh negatif pada pendapatan dan daya beli rakyat. Namun, juga penerimaan negara, kesehatan fiskal, serta menurunnya permintaan yang akhirnya memukul sektor riil dalam negeri.

Menurut  SBY, kelompok ekonomi lemah saat ini mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena daya beli yang menurun, akibat lemahnya perekonomian bangsa saat ini.

"Secara statistik, terjadi penurunan pendapatan per orang dari tahun 2014 ke tahun 2015 yang lalu sebesar Rp2,15 juta. Tahun 2016 ini bisa lebih rendah lagi. Di lapangan tercermin juga menurun tajamnya pembelanjaan masyarakat. Itu sebabnya ketika terjadi lonjakan harga daging sapi dan gula, rakyat menjerit karena memang berat bagi mereka," ujar mantan Presiden RI ini.
    
Di samping lemahnya daya beli, kata SBY, angka pengangguran juga memang berkurang. Akan tetapi, mencari lapangan pekerjaan juga tidak mudah ketika perusahaan-perusahaan melakukan PHK (pemutusan hubungan kerja) dan tidak membuka lapangan kerja baru.

"Dengan kondisi tersebut, jika ada shock (krisis) baru pada tingkat dunia dan kawasan, ekonomi kita benar-benar dalam keadaan bahaya."

(mus)