Jepang dan Tiongkok Tertarik Investasi Angkot Laut
- Istimewas
VIVA.co.id – Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) kembali mengidentifikasi minat investasi baru dari Jepang dan Tiongkok, di sektor transportasi laut antarpulau untuk angkutan logistik. Minat tersebut, disampaikan kedua negara dalam kegiatan pemasaran investasi yang dilakukan BKPM minggu yang lalu.
Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan, minat investasi transportasi laut dari ke dua negara tersebut sejalan dengan program prioritas Presiden RI di bidang maritim, yaitu poros maritim dan tol laut.
Dia yakin, apabila investasi tersebut terealisasi, dapat mendukung transportasi logistik di wilayah timur Indonesia.
”Saya membayangkan ini, seperti ‘Angkot Laut’ yang menghubungkan pulau-pulau di Indonesia, khususnya untuk angkutan logistik. Kami kawal terus minat ini agar terealisasi, mengingat proyek ini masuk sektor prioritas maritim. Melalui ‘Angkot Laut’, logistik ke wilayah timur lebih cepat," jelas Franky, dalam siaran persnya yang diterima VIVA.co.id, Senin 20 Juni 2016.
Franky menjelaskan, minat investasi dari Jepang dan Tiongkok tersebut sangat serius. Bahkan, salah satu investor sudah melakukan studi kelayakan investasinya, untuk transportasi laut antara Surabaya, Sorong dan Jayapura. Diproyeksikan percepatan angkutan logistik ke kawasan timur Indonesia dari 11-17 hari menjadi 3,5 hari.
Transportasi udara
Sementara itu, selain "Angkot Laut" BKPM juga mengidentifikasi adanya minat investasi pada sektor transportasi udara asal Tiongkok. Perusahaan tersebut, berencana untuk melakukan joint venture dengan industri penerbangan di Indonesia. Target dari investasi ini yaitu untuk membangun konektivitas udara di Indonesia, terutama untuk kawasan pariwisata.
”Investor tertarik dengan program pemerintah 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional. Ini merupakan potensi yang bisa kita jual ke investor, sehingga dapat mendukung program pemerintah,” jelas Franky.
Perlu diketahui, sejak 2010, sudah ada US$52,3 miliar komitmen investasi asal Tiongkok dan pada kuartal I 2016 ini, realisasi Tiongkok mencapai US$464 juta terdiri dari 339 proyek dan menyerap tenaga kerja 10.167 tenaga kerja. Posisi Tiongkok tersebut berada di peringkat keempat setelah Singapura, Jepang dan Hong Kong.
Sementara itu, pertumbuhan komitmen investasi Jepang pada 2015, naik 40 persen di atas pertumbuhan komitmen investasi PMA yang hanya 29 persen. Posisi Jepang berada di peringkat ketiga dengan pertumbuhan 95 persen mencapai US$ 8,1 miliar. Di atas Jepang terdapat Tiongkok sebesar US$22,2 miliar, atau naik 42 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. (asp)