BI: Brexit Bukan Seperti Krisis Moneter 2008

Perdana menteri Inggris David Cameron Mengumumkan Mengundurkan Diri
Sumber :
  • REUTERS

VIVA.co.id – Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menilai, sentimen negatif yang diberikan kepada perekonomian dunia, setelah hengkangnya Inggris dari Uni Eropa, sangat berbeda jauh dengan sentimen yang berasal dari krisis yang menimpa Amerika Serikat pada 2008 silam.

“Ini berbeda dengan krisis global pada tahun 2008. Apa yang terjadi di Inggris saat ini, sama sekali tidak sama dengan krisis global. Beda sekali,” kata Mirza, saat ditemui di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa 28 Juni 2016.

Ia menjelaskan, periode gagalnya suatu desain produk perbankan untuk kredit kepemilikan rumah sebagai upaya menggenjot konsumsi masyarakat AS, atau disebut dengan Subprime Mortgage, memang pada akhirnya membuat perekonomian negeri Paman Sam tersebut mengalami keruntuhan.

Hal ini pada akhirnya memberikan implikasi yang cukup luas bagi struktur perekonomian global, tak terkecuali pengaruhnya ke Indonesia. Sementara itu, untuk Inggris, ditegaskan Mirza tidak akan memiliki pengaruh signifikan, seperti yang ditimbulkan dari krisis global yang berasal dari AS.

“Kalau dulu itu Subprime. Kalau sekarang, akan lebih kepada potensi penurunan profibility perusahaan di Inggris. Maka, perbankan di Inggris akan menjadi market share di Eropa. Maka kelihatan saham bank Inggris jatuh. Ini lebih kepada masalah Inggris dan Eropa,” kata dia.

Meski begitu, Mirza tak memungkiri keluarnya Inggris dari Eropa memang menyebabkan volatilitas terhadap mata uang Garuda. Anjloknya Euro, membuat dolar AS semakin perkasa, karena ada periode flight to quality. Perkasanya dolar AS, tentu memberikan tekanan kepada rupiah.

Terlepas dari hal itu, Mirza tetap meyakini periode ini hanya bersifat sementara. “Saya melihatnya ini hanya temporer. Harusnya tidak lama, jadi tidak perlu dikhawatirkan,” kata Mirza. (asp)