Jokowi Luapkan Kekesalahan kepada Ratusan Kepala Daerah

World Islamic Economic Forum (WIEF) Ke-12 Tahun 2016
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Widodo S Jusuf
VIVA.co.id
- Presiden Republik Indonesia Joko Widodo di depan ratusan Kepala Daerag mengingatkan, agar tidak hanya fokus memacu pertumbuhan ekonomi di daerah masing-masing, tetapi juga memantau perkembangan indeks harga konsumen, demi menjaga laju inflasi tetap berada dalam koridor yang seharusnya.


Menurut Jokowi, sapaan akrab Presiden Joko Widodo, tanpa laju inflasi yang terjaga, maka berapapun pertumbuhan ekonomi yang mampu dicapai akan terasa percuma. Karena inflasi merupakan salah satu cerminan fundamental ekonomi nasional.


"Jangan bangga memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi, apabila tidak bisa memantau inflasi," ujar Jokowi, dalam sambutannya di Rapat Koordinasi Nasional VII Tim Pengendalian Inflasi Daerah di Hotel Grand Sahid Jakarta, Kamis 4 Agutus 2016.


Jokowi mengatakan, meski terjadi tren terjadi penurunan inflasi namun laju inflasi nasional sejatinya masih cukup tinggi dibandingkan negara-negara kawasan, yang tercatat jauh lebih rendah.


"Malaysia pada tahun 2015 itu inflasinya 2,1 persen, Amerika Serikat 0,12 persen, Eropa 0,04 persen, Singapura bahkan 0,54 persen. Indonesia tahun lalu 3,35 persen," ucap Presiden.


Rendahnya inflasi di berbagai negara bahkan sempat membuat mantan Gubernur DKI Jakarta itu merasa jengkel. Sebab menurut Presiden, laju inflasi yang rendah justru mencerminkan harga yang jauh relatif lebih stabil.


"Kadang saya dibuat jengkel, kenapa di sini (Indonesia) tahun baru itu ada
great sale
, tapi harganya naik. Lebaran justru naik. Tapi di negara lain, pasti banyak great sale . Tidak habis pikir saya," ungkapnya.


Maka dari itu, memperkuat sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan otoritas moneter mutlak harus dilakukan. Intinya, ditegaskan Jokowi, bagaimana menjaga pertumbuhan ekonomi, tanpa melupakan perkembangan inflasi daerah.

"2018, kami targetkan 3,5 persen. Bapak dan ibu bisa melakukan ini. Apabila inflasi bisa ditekan di bawah dua, pertumbuhan ekonomi lima persen, rakyat punya uang dan bisa belanja mudah," ujarnya.