Jamu Seyogyanya Jadi Gaya Hidup Keluarga Indonesia

Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf
Sumber :

VIVA.co.id – Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf ingin menjadikan jamu sebagai gaya hidup keluarga di Indonesia. Ia mengatakan, jika jamu sudah dijadikan gaya hidup, maka potensi untuk mengembangkan jamu di dunia internasional akan terbuka lebar.

Menurutnya, Jamu merupakan salah satu pengobatan tradisional yang memiliki efek holistik. Selain mencegah penyakit, jamu juga bisa meningkatkan kebugaran tubuh bahkan memiliki efek mengobati kerusakan jaringan.

"Seperti minum kopi saja. Minum kopi kan lazim dilakukan pagi hari sebelum beraktivitas. Banyaknya kedai kopi yang bermunculan juga menandakan minum kopi sudah menjadi tren gaya hidup. Nah, jika jamu juga bisa dibuat seperti itu, jamu selain bermanfaat untuk kesehatan juga bisa dikembangkan ke sektor pariwisata," ujar Dede, Kamis 17 November 2016.

Menurut Dede, integrasi antara sektor kesehatan, pertanian dan pariwisata ini bisa diterapkan di Indonesia dengan jamu.
 
Bahkan menurutnya, manfaat jamu temulawak atau kunyit Indonesia tidak kalah dengan ginseng dari Korea Selatan.

"Nah untuk bisa seperti Korea, masyarakat kita dulu yang harus akrab dengan jamu. Makanya jika jamu sudah jadi bagian dari gaya hidup, akan bisa memunculkan kolaborasi seperti temulawakcinno atau yang lainnya, yang selain bermanfaat untuk kesehatan juga memiliki nilai pariwisata," ujarnya.

Menurut Dede, memang tidak mudah untuk mewujudkan keinginan tersebut, apalagi saat ini juga banyak bermunculan obat-obat tradisional dari luar negeri seperti China dan Thailand atau obat herba modern dari Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.

Oleh karena itu, penerapan jamu ke gaya hidup keluarga Indonesia menjadi penting. Caranya bisa dengan mengenalkan tanaman obat berkhasiat lewat sekolah, memperbanyak promosi jamu lewat iklan dan melakukan standarisasi perkebunan tanaman obat berkhasiat.

"Untuk sektor rumahan kan bisa menanam tanaman obat sendiri. Sementara untuk industri dan petani, bisa meneliti tentang bagaimana tanaman obat seperti temulawak menghasilkan zat aktif yang baik. Jadi harus digabung ilmu pengetahuan dengan warisan turun-temurun," katanya.  (webtorial)