Cara Jonan Terangi 2.500 Desa yang Gelap Gulita

Ilustrasi/Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Adwit B Pramono

VIVA.co.id – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan menegaskan, dalam rangka pemerataan pemenuhan kebutuhan listrik bagi seluruh rakyat, pemerintah fokus pada pembangunan ketenagalistrikan pada 2.500 desa yang belum terlistriki. 

“Terdapat 2.500 desa yang listriknya belum masuk sama sekali, fokus ke 2.500 desa yang tidak ada listrik sama sekali. Pemerataan itu penting,” kata Jonan seperti dikutip dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Jumat 9 Desember 2016.        

Untuk mewujudkan peningkatan rasio elektrifikasi di 2.500 desa tersebut, Jonan mengatakan, pihaknya telah meluncurkan Permen ESDM Nomor 38 Tahun 2016 tentang Percepatan Elektrifikasi di Perdesaan Belum Berkembang, Terpencil, Perbatasan, dan Pulau Kecil Berpenduduk melalui Pelaksanaan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Skala Kecil. 

Saat ini, akses listrik masyarakat di Indonesia belum merata. Hal ini, dapat dilihat dari angka rasio elektrifikasi masing-masing provinsi yang berbeda-beda. Di Provinsi Papua, rasio elektrifikasi masih mencapai 46,47 persen. Lebih dari separuh rumah tangga di sana belum menikmati listrik. Sementara itu, Pulau Jawa rata-rata telah berada di atas 90 persen. 

Jonan mengatakan, dalam pembangunan di daerah terpencil tersebut akan mengoptimalkan pasokan energi yang ada di wilayah tersebut. Misalnya di wilayah pesisir, seperti Maluku dan Maluku Utara, bisa menggunakan gas yang dipasok dari Blok Migas seperti Blok Masela. 

"Misalnya di coastal area, di wilayah pesisir, Maluku dan Maluku Utara, mungkin ke depannya bisa pakai gas. Nanti, juga ada blok Masela," kata dia.

Sementara itu, untuk wilayah seperti pegunungan yang jauh dari akses energi minyak, gas, dan batubara, diharapkan dapat dibangun pembangkit listrik dari Energi Baru Terbarukan (EBT) seperti dari energi surya, atau Solar Photovoltaic (Solar PV), mikro hidro, dan EBT lainnya.

"Kalau di tengah Papua, misalnya di Ilaga, Yakuhimo, kalau di sana pake gas, power plan-nya pasti susah. Karena selama saya tahu, tidak ada negara yang bawa LNG pakai pesawat. Kalau bikin transmisi, masa iya sejauh itu, sepanjang itu dibikin. Kalau mau, ya off grid, atau Mikro Hidro, Solar panel dan energi lainnya," tutur dia. (asp)