Bank Indonesia Waspadai Peredaran Uang Palsu Jelang Pilkada

Tumpukan uang rupiah.
Sumber :
  • VIVA.co.id/M. Ali. Wafa

VIVA.co.id – Kebutuhan uang yang sangat tinggi dalam menyambut pelaksanaan pilkada, membuat  Bank Indonesia meningkatkan kewaspadaan akan beredarnya uang palsu. Di Papua, potensi beredarnya uang palsu sangat tinggi, mengingat 11 kabupaten akan menggelar pilkada serentak pada 15 Februari mendatang.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia di Papua, Joko Supratikto mengatakan, pihaknya mewaspadai peredaran uang palsu di Papua, karena kebutuhan uang menjelang pilkada sangat tinggi.

"Sudah wajar, setiap menjelang pilkada transaksi uang cukup tinggi, baik itu untuk kebutuhan kampanye maupun yang lain, apalagi di Papua semua tergolong mahal. Semakin banyak uang yang beredar, semakin rentan untuk dipalsukan," ujar Joko, saat sosialisasi uang baru di Jayapura, Selasa 24 Januari 2017.

Lanjutnya, siapa pun bisa memalsukan uang, bahkan pihak-pihak yang tidak diduga sekali pun, sehingga perlu kewaspadaan. "Untuk itu, peran serta masyarakat dalam mengenali ciri-ciri uang palsu sangat diharapkan. Kalau ada kecurigaan akan uang palsu segera dilaporkan ke pihak berwajib," ujarnya.

Ia mengungkapkan, pemalsuan uang di Papua sudah terjadi di salah satu daerah pada 2016, dan kini sedang dalam proses sidang di pengadilan. Pemalsuan terungkap, karena masih menggunakan printer, sehingga mudah dikenali.  

Bahkan, uang palsu dalam pecahan Rp100 ribu dan Rp50 ribu juga ada yang lolos masuk bank, dan baru dikenali setelah diterima BI. "Masih ada bank di Papua, yang bisa dijebol uang palsu, hal seperti inilah yang harus diwaspadai,"kata dia.

Ia juga mengungkapkan, uang baru pecahaan Rp10 ribu bergambar pahlawan nasional Frans Kaisiepo cukup laris di Papua. "Dari Rp14 miliar uang baru yang sudah diedarkan di Papua, sekitar 22-25 persen pecahan uang Rp10 ribu. Karena, sangat diminati masyarakat," ujarnya. (asp)