03-02-1994: AS Cabut Embargo Vietnam

Hillary dan Bill Clinton.
Sumber :
  • REUTERS/Lucy Nicholson

VIVA.co.id – Hari ini 23 tahun silam. Hampir dua dekade setelah jatuhnya Saigon, ibu kota Vietnam Selatan ke tangan Vietnam Utara, Presiden Amerika Serikat ke-42 Bill Clinton, mengumumkan pencabutan embargo perdagangan terhadap Vietnam.

Hal ini karena sikap kooperatif pemerintah Vietnam dalam membantu menemukan 2.238 warga AS yang masih dinyatakan hilang dalam Perang Vietnam. Meski embargo dicabut, namun penerapan tarif tinggi yang dikenakan AS untuk barang ekspor Vietnam masih berlangsung.

Artinya, Washington belum 100 persen mencabut embargo ke salah satu negara Indochina tersebut. Mengutip situs History, tertundanya pencabutan tarif tinggi ini lantaran Vietnam belum masuk ke dalam kategori sebagai 'negara yang paling disukai'.

Untuk menuju ke arah sana, Vietnam harus mereformasi kebijakan ekonominya. Ini sebenarnya bagian dari strategi AS untuk 'menjerumuskan' Vietnam ke pasar bebas. Pada Juli 1995, pemerintahan Clinton resmi menjalin hubungan diplomatik penuh dengan Vietnam.

Dalam membuat keputusan soal Vietnam, Clinton selalu berkonsultasi dengan Senator Partai Republik, John McCain dari Arizona, seorang mantan pilot Angkatan Laut yang menghabiskan lima tahun sebagai tawanan perang di Hanoi, bekas ibu kota Vietnam Utara.

McCain sangat mendukung kebijakan Clinton untuk menormalisasi hubungan diplomatik dengan Vietnam. Meskipun, sejumlah anggota Senat dari Partai Republik lainnya, mengkritik langkahnya.

Puncaknya, Lima tahun kemudian, atau tepatnya, November 2000, Bill Clinton menjadi Presiden AS pertama yang mengunjungi Ho Chi Minh, ibu kota Vietnam saat ini, sejak Richard Nixon pada 1969 mengunjungi Saigon selama Perang Vietnam (1964-1975).

Perang ini berakhir pada 30 April 1975 yang ditandai dengan menyerahnya Vietnam Selatan tanpa syarat kepada pasukan komunis Vietnam Utara, yang sebelumnya berhasil memaksa AS keluar dari negeri mereka lewat perjanjian damai pada 1973. 

Presiden Vietnam Selatan, Duong Van Minh, yang saat itu baru tiga hari menjabat, memerintahkan pasukannya untuk meletakkan senjata. Ia juga menyerukan agar Pasukan Vietnam Utara dan Vietnam Selatan menghentikan permusuhan. Pengumuman menyerah itu diikuti dengan kedatangan pasukan Vietnam Utara ke Saigon.