Rupiah Masih Susah Keluar dari Zona Merah 

Peruri tunjukkan fitur pengaman pada uang baru rupiah
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id – Perdagangan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, sepertinya masih belum bisa beranjak di zona merahnya. Rupiah hari ini diperkirakan masih akan melanjutkan pelemahannya.

"Tampaknya, awan negatif masih belum beranjak dari laju rupiah. Kami perkirakan masih berpotensi membuat rupiah kembali tertahan dan bahkan akan cenderung melanjutkan pelemahannya," kata Analis PT Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, di Jakarta, Selasa 21 Februari 2017.

Reza mengingatkan, pelaku pasar keuangan diharapkan perlu mencermati imbas dari pergerakan sejumlah mata uang Asia lainnya terhadap laju dolar Paman Sam dan data-data ekonomi lainnya, serta antisipasi terhadap perubahan arah rupiah. 

Menurutnya, skenario terhadap laju rupiah yang cenderung bergerak datar, lantaran pengaruh pergerakan dolar yang sempat menguat. Penguatan dolar sendiri akibat reaksi pasar terhadap kebijakan Presiden Donald Trump, terkait pembaruan pajak, dan rencana lainnya terhadap pertumbuhan industri di AS. 

Selain itu, kata Reza, sentimen yang dapat menolong rupiah di antaranya, adanya tanggapan dari Menteri Keuangan, Sri Mulyani. Pemerintah melihat rasio utang Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) masih berada pada posisi aman.

Hal tersebut, dengan perkiraan defisit anggaran tahun ini sebesar Rp330 triliun, atau 2,41 persen dari PDB dan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen, maka rasio utang Indonesia sebesar 28 persen dari PDB.

"Hingga kini, pemerintah terus-menerus menambah utang sebagai konsekuensi untuk menambal defisit anggaran," tuturnya.

Meskipun demikian, menurut Reza, sentimen domestik tersebut tampaknya belum cukup meyakinkan laju rupiah untuk kembali menguat.

"Diperkirakan, rupiah akan bergerak dengan kisaran pada kisaran Rp13.362 hingga Rp13.316 per dolar AS," ujarnya. (asp)