Gerak IHSG Diperkirakan Berpeluang Menguat

IHSG
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA.co.id – Pergerakan indeks harga saham gabungan hari ini diperkirakan bergerak bervariasi dalam rentang terbatas berpeluang menguat. 

Menurut Analis First Asia Capital, David N Sutyanto, ruang gerak IHSG akan dipengaruhi oleh topangan aksi beli saham-saham yang sensitif keuangan atau interest rate. Namun koreksi diperkirakan akan melanda saham tambang terkait pelemahan harga komoditasnya tadi malam. 

"IHSG diperkirakan bergerak dikisaran 5.330 hingga 5.380," ujarnya di Jakarta, Kamis, 23 Februari 2017. David menjelaskan, berkaca pada penguatan IHSG kemarin, ditopang aksi beli selektif atas saham perbankan dan konsumsi.

Sedangkan saham pertambangan dilanda aksi ambil untung kecuali emiten Grup Bakrie yang berhasil berbalik arah menguat atau rebound seperti saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), dan PT Darma Henwa Tbk (DEWA) setelah sehari sebelumnya dilanda tekanan jual. 

Nilai transaksi di Pasar Reguler mencapai Rp5,9 triliun. Penguatan IHSG kemarin sejalan dengan penguatan yang umumnya terjadi di bursa saham kawasan Asia kemarin mengikuti tren bullish di Wall Street malam sebelumnya. Pasar saham kawasan digerakkan dengan optimisme kebijakan Trump terkait pemotongan pajak korporasi dan peningkatan belanja negara. 

Sementara tadi malam pasar saham Wall Street bergerak bervariasi. Indeks S&P koreksi tipis 0,11 persen dari level tertingginya di 2.362,82, setelah naik selama sembilan hari perdagangan dalam sepuluh hari terakhir. Indeks DJIA menguat tipis 0,2 persen di 20.775,60. 

Menurutnya, sentimen pasar juga digerakkan dengan melemahnya harga minyak mentah tadi malam, rilis laba sejumlah emiten sektoral, data perumahan AS yang menunjukkan berlanjutnya pemulihan daya beli

"Penjualan rumah di AS bulan lalu naik mencapai 5,69 juta unit di atas estimasi pasar 5,55 juta unit dan angka bulan sebelumnya 5,51 juta unit. Sedangkan harga minyak mentah tadi malam koreksi 0,85 persen di US$53,87 per barel," tutur David.