Antisipasi Sikap The Fed, Rupiah Rawan Koreksi

Uang Rupiah Baru.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Moh Nadlir

VIVA.co.id – Perdagangan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih rawan koreksi. Pergerakan rupiah diperkirakan masih terkena imbas dari sentimen global di negeri Paman Sam.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, mengatakan, potensi penguatan dolar jelang pertemuan The Fed perlu diwaspadai.

Meski banyak investor yang merasa yakin, tidak jarang juga dijadikan ajang spekulasi seiring belum adanya bukti kepastian Direktur The Fed Janet Yellen akan menaikkan suku bunga The Fed.

"Waspadai potensi pelemahan lanjutan, terutama jelang pertemuan FOMC, di mana pergerakan rupiah dapat berfluktuasi lebih tinggi seiring maraknya aksi spekulasi dolar," kata Reza di Jakarta, Rabu, 15 Maret 2017.

Ia menjabarkan, makin dekatnya pertemuan rapat The Fed membuat pergerakan laju dolar semakin menguat. Pelaku pasar kian hari semakin terlihat khawatir terkait keputusan The Fed nantinya, meskipun mereka merasa yakin The Fed akan menaikkan suku bunganya.

"Pernyataan Yellen di beberapa pekan lalu yang ambigu membuat pelaku pasar bersikap skeptis. Namun, juga terlihat seolah-olah yakin akan kenaikan tersebut," tuturnya.

Di sisi lain, lanjutnya, pelaku pasar melihat pergerakan euro yang cenderung flat setelah sejumlah petinggi European Central Bank (ECB) yang memberi sinyal tidak akan banyak mengubah kebijakan moneternya.

"Akibatnya euro tidak dapat mengimbangi kenaikan dolar dan berimbas pada penguatan dolar serta melemahkan sejumlah mata uang lainnya," ujarnya.

Reza mengingatkan, tetap cermati dan antisipasi berbagai sentimen yang dapat berpengaruh pada berubahnya arah pergerakan rupiah. Rupiah diperkirakan bergerak dengan kisaran Rp13.386 hingga Rp13.330 per dolar AS. (art)