12-04-1861: AS Alami Peristiwa Paling Berdarah
- www.whitehouse.gov
VIVA.co.id – Hari ini 156 tahun silam. Amerika Serikat mengalami peristiwa paling berdarah, di mana pasukan Konfederasi di bawah Jenderal P.G.T. Beauregard menembaki pasukan Federal di Charleston Bay, Carolina Selatan.
Selama 34 jam, 50 pucuk senjata dan mortir milik Konfederasi diluncurkan sebanyak lebih dari 4.000 putaran. Sebanyak 620 ribu tentara Konfederasi tewas dalam pertempuran.
Pasukan Federal mengalahkan Konfederasi. Mengutip situs History, pada 13 April, Mayor Robert Anderson akhirnya menyerahkan benteng pertahanan.
Kemudian, dua hari berikutnya Presiden Abraham Lincoln mengeluarkan Maklumat yang menyerukan agar 75 ribu tentara relawan menghentikan pemberontakan pihak Selatan.
Awal 1858, konflik sebenarnya berlangsung antara Utara dan Selatan atas isu perbudakan telah menyebabkan kepemimpinan wilayah Selatan membahas rencana pemisahan diri dari AS.
Namun, pada 1860, mayoritas negara bagian mengancam ingin memisahkan diri jika Partai Republik memenangkan kursi kepresidenan.
Pada November 1860, Carolina Selatan memulai proses pemisahan diri mereka karena Lincoln yang berasal dari Partai Republik memenangkan kursi nomor satu di AS.
Mereka menyatakan pembubaran diri dari AS pada 20 Desember di tahun yang sama dan kemudian mengatur mengenai upaya perebutan benteng, gudang senjata serta lokasi strategis lainnya di wilayah negara tersebut dari tangan AS.
Dalam waktu enam minggu, lima negara bagian lainnya yakni Mississippi, Florida, Alabama, Georgia, dan Southern Louisiana, mengikuti kepemimpinan Carolina Selatan.
Di Februari 1861, delegasi dari setiap negara bagian berkumpul untuk membentuk pemerintahan bersatu. Jefferson Davis dari Mississippi kemudian terpilih sebagai Presiden pertama dari Konfederasi Serikat.
Ketika Abraham Lincoln dilantik pada 4 Maret 1861, tujuh negara bagian telah memisahkan diri dari AS.