Pendiri Telegram Iri Kenapa WhatsApp Tak Diblokir
- Instagram/@durov
VIVA – Pemerintah Iran memblokir akses beberapa media sosial seperti Telegram, Instagram, sampai Signal. Pemblokiran itu dilakukan untuk menentramkan situasi dalam negeri yang dipimpin Presiden Hassan Rouhani.
Media sosial dianggap menyebarkan informasi dan propaganda sehingga menimbulkan kerusuhan sosial pada penghujung Desember lalu. Media sosial memang menjadi sumber yang sangat penting bagi pengunjuk rasa di Iran.
Chief Executive Officer dan Pendiri Telegram, Pavel Durov menyesalkan pemblokiran tersebut. Dalam keluhan terbarunya di akun Twitternya, Durov memprotes kenapa pemerintah Iran berlaku diskriminatif. Dia iri dengan media sosial perpesanan lain yakni WhatsApp yang tidak kena blokir pemerintah Iran.
"Saat aplikasi seperti Telegram dan Signal diblokir oleh otoritas Iran, WhatsApp masih bisa diakses penuh di Iran," tulis Durov dikutip Rabu 3 Januari 2017.
Pengguna Twitter lain kemudian berkomentar, diskriminasi itu kemungkinan karena WhatsApp tidak memiliki fitur 'Saluran' seperti pada Telegram. Fitur 'Saluran' memang salah satu fitur andalan bagi Telegram, pengguna bisa dengan mudah berbagi pemikiran. Durov membalas komentar tersebut, tidak ada yang tahu pasti kenapa Iran mendiskriminasi media sosial.
Begitu Telegram diblokir, pada tahun baru kemarin, Durov langsung angkat bicara. Ia menyayangkan sikap rezim Hassan Rouhani dengan berkicau di Twitter.
"Otoritas Iran teleh memblokir akses menuju Telegram setelah publik menolak untuk menutup media sosial yang melakukan protes secara damai," kata Durov.
Dalam tulisannya pada Durov Channel, pendiri Telegram itu mengaku bangga aplikasi besutannya itu digunakan oleh ribuan saluran oposisi masif di belahan dunia. Dia memastikan Telegram hadir untuk memberi ruang kebebasan berbicara yang merupakan bagian dari HAM.
"Dan kami lebih suka (aplikasi) kami diblokir oleh otoritas negara dibanding membatasi ekspresi damai untuk alternatif suara publik," ujar Durov.