Penyebab Perusahaan RI Sulit Temukan Cadangan Migas Raksasa

Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi.
Sumber :
  • Fikri Halim/VIVA.co.id

VIVA – Cadangan migas berukuran besar alias raksasa di Indonesia mayoritas ditemukan oleh perusahaan asing. Padahal, sumber daya alam tersebut harusnya bisa dikelola pemerintah.

Berdasarkan catatan SKK Migas, temuan cadangan migas terbesar yang dilakukan perusahaan lokal dalam hal ini PT Pertamina hanya di Lapangan Jatibarang pada 1967 dan Lapangan Parang tahun 2012. 

Selebihnya, mulai dari Lapangan Duri, Minas, Attaka, Arun, Natuna D-Alpha, Handil, Tunu, hingga Abadi di Blok Masela ditemukan oleh perusahaan asing. Lantas, apa penyebabnya? 

Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi mengakui hal itu disebabkan oleh masih sedikitnya anggaran yang dialokasikan oleh negara maupun perusahaan untuk kegiatan eksplorasi migas. 

"Kenapa yang menemukan gede-gede itu asing, ini data lho. Kenapa orang Indonesia enggak bisa menemukan yang besar-besar, padahal ini wilayah Indonesia," papar Amien di kawasan Petrotekno Ciloto, Cianjur, Kamis 8 November 2018. 

Ia pun menjelaskan, alokasi anggaran eksplorasi menjadi penting karena menentukan hasil yang bisa didapatkan. Saat ini, kegiatan eksplorasi migas Indonesia pun tertinggal dibanding kompetitor lain. 

"Kalau dicari dalam APBN itu tidak ada alokasi anggaran eksplorasi, sejak zaman Orde Lama, Orde Baru enggak ada. Kalau di Zaman Reformasi ada tapi kecil," ujar Amien.

Ia melanjutkan, dana khusus untuk eksplorasi itu baru mulai dianggarkan dalam beberapa tahun terakhir melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Namun, alokasinya masih sangat kecil, misalnya saja pada 2010 sebesar Rp12,6 miliar, dan hingga saat ini paling besar Rp222 miliar untuk setahun. 

Karena itu, lanjut Amien, negara mengandalkan investor swasta untuk melakukan eksplorasi migas. Di satu sisi, kebutuhan migas dalam negeri terus meningkat, namun penemuan cadangan baru yang besar belum bisa terjadi. 

"Kami cek Pertamina, keluarkan anggaran eksplorasi yang besar itu belakangan ini 2016-2017. Pertamina tidak ada discovery ya penyebabnya itu. Misalnya Banyu Urip itu, kan awalnya dipegang Pertamina, enggak discovery, akhirnya sama Exxon discovery. Karena Exxon mau keluarkan dana untuk seismik 3D luas sekali," katanya. 

Padahal, lanjut dia, investasi besar bisa dilakukan jika cadangan besar dilakukan. "Jadi investasi menurun karena kita belum menemukan cadangan besar lagi, kalau nanti ditemukan cadangan besar, investasi akan besar," katanya.