Pembangunan Infrastruktur Pengaruhi Harga Properti, Ini Buktinya

Proyek pembangunan jalur kereta api ringan (LRT) Jabodebek koridor Cawang–Kuningan–Dukuh Atas di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

VIVA – Pembangunan infrastruktur dan perumahan rakyat menjadi fokus utama pemerintah selama empat tahun terakhir. Hal ini yang diwujudkan dengan memberikan porsi anggaran yang cukup besar di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN. 

Pada 2019, pemerintah menganggarkan dana APBN untuk infrastruktur sebesar Rp415 triliun, naik 1,04 persen dari anggaran infrastruktur tahun sebelumnya. Anggaran tersebut antara lain, akan digunakan untuk pembangunan jalan sepanjang 1.835 kilometer maupun jembatan sepanjang 37.177 meter. 

Pemerintah juga melanjutkan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera, dengan panjang 299 km dan pembangunan jalan tol baru sejumlah 16 proyek pada 2019 dan 12 proyek pada 2018 lalu. Kemudian, jalur kereta api sepanjang 394,8km, menyelesaikan bandara baru di empat lokasi. 

Tak hanya untuk sektor transportasi, anggaran infrastruktur juga dialokasikan untuk untuk sektor perumahan. Pemerintah membangun perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dengan KPR Sejahtera/FLPP mencapai 68,9 ribu unit rumah pada 2019, naik 37 persen dari periode 2018 sebesar 50 ribu unit. Selain itu, untuk pembangunan rumah susun sebanyak 6.873 unit pada 2019.

Country Manager Rumah.com, Marine Novita menjelaskan, pembangunan infrastruktur khususnya di bidang transportasi sangat menunjang berkembangnya industri properti di Indonesia. 

Menurutnya, seiring makin majunya sarana transportasi di kota-kota besar di Indonesia, orang semakin menyadari praktisnya beraktivitas menggunakan transportasi umum, terutama aktivitas reguler seperti ke kantor. Hal tersebut, merupakan angin segar di industri properti.

"Di Jabodetabek, misalnya, mereka yang rumah dan kantornya dekat stasiun commuter line memilih transportasi umum, meskipun mereka punya mobil sendiri. Selain praktis, menggunakan transportasi umum juga relatif lebih hemat," ujar Marine dikutip dari keterangan resminya, Rabu 27 Februari 2019. 

Kecenderungan ini, lanjutnya, juga ditunjukkan oleh Rumah.com Property Affordability Sentiment Index. Surveinya yang diambil pada paruh pertama 2018 lalu, memperlihatkan bahwa sebanyak 61 persen dari 1.000 responden menganggap jarak hunian terhadap sarana transportasi umum seperti halte atau stasiun sebagai faktor yang sangat penting sebelum memutuskan membeli hunian. 

"Pembangunan infrastruktur juga menjadi stimulus pertumbuhan suplai hunian, karena wilayah-wilayah yang tadinya dianggap antah-berantah, menjadi terasa lebih mudah dijangkau," tambahnya. 

Dia mencontohkan, di Kecamatan Serpong di wilayah Tangerang Selatan misalnya. Wilayah itu kini tumbuh menjadi salah satu kawasan hunian favorit. 

"Sekarang, Bekasi, yang dulu dijauhi mulai kini makin diminati, setelah pembangunan sejumlah jalan tol dan LRT (Light Rail Transit)," tambah Marine.

Sejumlah pengembang pun tak ragu memasarkan propertinya dengan menjual kedekatan terhadap transportasi umum. Citra Maja Raya, misalnya. Kawasan hunian seluas 2.000 hektare ini dibangun berbasis Transit Oriented Development (TOD), dengan Stasiun Maja sebagai simpul transportasi (hub). 

Seperti diketahui, konsep TOD bertujuan mengintegrasikan dan mendekatkan transportasi massal dengan kawasan hunian. Sehingga, memungkinkan mobilitas yang tidak tergantung pada kendaraan pribadi dan terbebas dari kemacetan.

Contoh lainnya adalah Kawasan Jakarta Timur. Rumah.com Property Index mencatat kenaikan indeks harga properti Jakarta Timur, meningkat sebesar 48 persen sejak awal 2015, atau dimulainya pembangunan LRT, hingga akhir 2018. Kenaikan ini hampir dua kali lipat kenaikan indeks harga properti DKI Jakarta secara keseluruhan, yang mencapai 27 persen. 

Demikian juga, di Kawasan Bekasi, yang diprediksi menjadi pintu masuk bagi kaum sub urban menuju Jakarta, pembangunan infrastruktur juga terus berjalan. Mulai dari sarana transportasi massal seperti LRT, Tol Becakayu, hingga Elevated Tol Jakarta-Cikampek. Hal ini pun berdampak pada kenaikan harga propertinya, seperti yang ditunjukkan pada Rumah.com Property Index Kawasan Bekasi.

Marine menjelaskan, kenaikan harga properti di Kawasan Bekasi sejak 2015, hingga kuartal terakhir 2018, tercatat sebesar 27 persen. Kenaikan ini ini menyamai kenaikan harga properti di DKI Jakarta secara keseluruhan. 

Ini menunjukkan bahwa kawasan-kawasan yang terdapat pembangunan infrastruktur mengalami akselerasi kenaikan harga yang menyamai wilayah Ibu Kota.

"Harus diakui, geliat pasar properti masih sangat dipengaruhi oleh pembangunan infrastruktur. Pasar properti baru akan dapat berkembang secara lebih mandiri, saat fasilitas pendukung dasar, yakni infrastruktur telah siap," ungkapnya. (asp)