Industri Manufaktur Stagnan, Menkeu: Penyebab Ekonomi RI Tak Kencang

Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Arrijal Rahman

VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, Indonesia tidak lagi bisa mengandalkan sisi produktivitas industri berbasis komoditas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi supaya bisa masuk dalam kategori negara dengan pendapatan tinggi.

Menurut dia, hal itu disebabkan industri manufaktur Indonesia sudah mengalami stagnasi transformasi dan produksi setelah mengalami krisis ekonomi pada 1998-1999. Itu terbukti dari pertumbuhannya yang tidak bisa melampaui pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas lima persen.

"Sektor manufaktur kita yang harusnya bisa mentransformasikan kita dari yang rely on primary sector menjadi manufacturing base dengan teknologi yang meningkat. Tapi, sektor manufaktur kita stagnan sejak krisis 97, 98," katanya di Hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa 12 Marer 2019.

Dia menilai, jika produktivitas industri manufaktur tersebut terus-terusan mengalami stagnasi, sementara industri berbasis komoditas terus meningkatkan kapasitas produksinya, maka bukan hal yang tidak mungkin Indonesia bakal masuk ke dalam perangkap negara berpenghasilan rendah atau middle income trap.

"Misalnya di middle east. Negaranya berusaha meng-convert ekonominya dari ketergantungan oil. Hasilnya lebih ke malapetaka atau kutukan, karena hampir semuanya terdistorsi baik institusi dan manusianya," ujarnya.

Karenanya, untuk menstimulus laju sektor manufaktur tersebut agar mampu menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih cepat dan kuat, pemerintah fokus mendorong pembangunan infrastruktur, hingga menggelontorkan anggaran untuk di investasi di sektor infrastruktur.

"Ini instrumen APBN yang dilakukan dalam rangka meningkatkan minat ekonomi ke sektor produktif di bidang manufaktur. Termasuk bangun infrastruktur dalam rangka ciptakan ekspor jasa. Kita create kawasan ekonomi dalam rangka mempermudah pelaku ekonomi jalankan usahanya." (mus)