MRT Jakarta Beroperasi, Dongkrak Industri Properti Ibu Kota

Penumpang keluar Stasiun MRT Bundaran HI menuju Halte Transjakarta Bundaran HI yang telah terintegrasi di Jakarta, Selasa, 26 Maret 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA – Impian Indonesia lebih dari 30 tahun lalu untuk memiliki Mass Rapid Transit atau MRT, kini telah terwujud. Gagasan membangun transportasi MRT di Jakarta, sebenarnya sudah ada sejak 1985, dan akhirnya telah beroperasi untuk fase I Lebak Bulus- Bundaran Hotel Indonesia, akhir pekan lalu.  

Country Manager Rumah.com, Marine Novita menjelaskan, sistem transportasi massal dalam kota memiliki dampak yang sangat nyata pada kenaikan harga properti. Keberadaan koridor transportasi baru atau perubahan sistem transportasi massal akan meningkatkan potensi investasi properti di suatu wilayah. 

Terealisasinya MRT Jakarta Fase I ini akan mendongkrak harga properti, karena akan meningkatkan konektivitas, akses masyarakat, dan mengurangi waktu perjalanan. Dengan beroperasinya MRT Jakarta Fase I, investasi di bidang properti, akan meningkat di sepanjang jalur MRT tersebut.

"Harga tanah dan aset properti di sekitar wilayah Jalan Thamrin, Sudirman, Blok M, Fatmawati dan TB Simatupang yang dilalui jalur MRT ini akan terdongrak. Sedangkan wilayah sekitar Lebak Bulus dan TB Simatupang bisa menjadi kawasan pusat niaga baru di Jakarta Selatan,” ujarnya.

Menurutnya, kecenderungan kenaikan harga properti di sepanjang jalur MRT ini juga terlihat dari Rumah.com Property Index (RPI). Survei itu menunjukkan rata-rata indeks harga per kuartal DKI Jakarta sepanjang 2018 adalah sebesar 122 poin, naik 4 persen dari indeks harga per kuartal rata-rata DKI Jakarta di 2017 (year on year). 

Jika dibandingkan dengan rata-rata indeks harga per kuartal DKI Jakarta, rata-rata indeks harga per kuartal Jakarta Selatan adalah sebesar 149 poin, naik lima persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Kenaikan rata-rata indeks harga per kuartal di Jakarta Selatan 2018 ini, bersama Jakarta Timur adalah yang tertinggi di seluruh wilayah DKI Jakarta. Sementara itu, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat, mencatat kenaikan sebesar empat persen (yoy), sedangkan Jakarta Utara yang terendah, sebesar dua persen. (yoy). 

"Kenaikan indeks di Jakarta Selatan diperkirakan sebagai akibat pembangunan MRT Jakarta Fase I. Selaras dengan kenaikan di Jakarta Selatan, daerah perbatasannya pun mengalami kenaikan yang sama. Tangerang Selatan, mengalami kenaikan indeks sebesar empat persen (yoy),” jelasnya.

Perkembangan properti di Jakarta Selatan, juga tak lepas dari faktor perkembangan properti di ruas jalan TB Simatupang, yang berubah menjadi kawasan bisnis baru. Kemunculan gedung-gedung perkantoran baru diimbangi dengan munculnya hunian-hunian baru, khususnya apartemen. 

"Sebut saja Arumaya, Izzara, ataupun Midtown Residence, yang terletak tepat di ruas jalan TB Simatupang," tambahnya.

Kemudian, ada pula yang sedikit menjorok ke dalam seperti Apple Residence di jalan Jatipadang, serta satu dari sedikit landed house baru di sekitar Simatupang, yakni Simatupang Residence, yang terletak di kawasan Pasar Minggu, sekitar 600 meter dari jalan TB Simatupang. 

Untuk apartemen, harga unit studio-nya sudah berada pada kisaran Rp1 miliar ke atas sementara rumah tapak dimulai pada kisararn Rp4 miliaran.

Pilihan yang lebih terjangkau ada di sekitar area Ciputat, ruas jalan Ir H Juanda-Dewi Sartika-Otista Raya. Apartemen Seperti Green Lake View, Bailey's Lagoon, City Light, dan The Spring masih menawarkan tipe studio dengan harga mulai Rp300 jutaan. Sementara untuk rumah tapak, harga unit di perumahan cluster di kawasan Ciputat dimulai pada kisaran Rp1 miliaran.

Menurut Marine, kehadiran MRT Jakarta juga bisa mendorong masyarakat yang selama ini tinggal di pinggiran Jakarta untuk kembali tinggal di tengah kota. Apalagi menurut data Diskominfo DKI Jakarta, kepadatan penduduk di kelurahan-kelurahan yang memiliki stasiun MRT rata-rata kurang dari setengah dari kepadatan per kelurahan di DKI Jakarta, yaitu 22,483 jiwa per km. 

"Sehingga/bisa dijadikan agenda pemerintah untuk melakukan pemerataan kepadatan penduduk ke wilayah yang kepadatannya masih rendah dan dekat dengan stasiun MRT," ungkapnya.

Hal ini juga sejalan dengan hasil survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H1 2019. yang menunjukkan bahwa 76 persen responden survei menempatkan kedekatan dengan transportasi publik menjadi posisi teratas, sebagai faktor pertimbangan untuk membeli properti selain pertimbangan tentang lokasi, keamanan, infrastruktur dan fasilitas, harga per meter persegi serta kemampuan finansial.

“MRT Jakarta akan berdampak positif dan bisa mendongkrak industri properti yang ada di Jakarta, karena bisa memunculkan pusat-pusat hunian, bisnis dan komersial baru," ujarnya. (asp)