OJK Akui Ekonomi Syariah di RI Belum Bisa Sejahterakan Umat

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

VIVA – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan yang juga Ketua Umum Pengurus Pusat Masyarakat Ekonomi Syariah, Wimboh Santoso, menyayangkan sistem perekonomian syariah di Indonesia masih belum bisa menyejahterakan kaum muslim.

Dia juga menegaskan, banyaknya jumlah masyarakat muslim di Indonesia dan luasnya wilayah negara ini, jangan sampai dijadikan alasan sulitnya membuat ekonomi syariah menjadi alat yang bisa menyejahterakan masyarakat tersebut.

Sebab, menurutnya kedua hal itu justru merupakan berkah yang harus disyukuri, dan dijadikan motivasi dalam memaksimalkan potensi perekonomian syariah secara nasional.

"Kita itu ibaratnya kalau berkembang dan tumbuh, itu sangat lambat. Artinya dalam konteks ekonomi syariah untuk menyejahterakan masyarakat. Kita belum berhasil karena penduduk kita banyak, negara kita luas, tapi itu sebenarnya anugerah," kata Wimboh di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin 13 Mei 2019.

"Justru dengan konsepsi ekonomi yang bagus, penduduk besar dan alam yang luas itu anugerah. Bukan jadi alasan kita sulit untuk mengangkatnya karena orangnya banyak," ujarnya.

Wimboh mengatakan, meskipun Indonesia berada di peringkat 10 dalam hal ekonomi dan keuangan syariah global, namun janganlah dulu berbangga. Sebab, saat ini semakin banyak negara-negara lain yang juga tengah mengembangkan perekonomian syariah, meskipun mereka bukanlah negara Islam.

"Sekarang negara yang mayoritas penduduknya bukan muslim sudah mengembangkan ekonomi syariah ini lebih agresif dan lebih cepat. Bahkan syariah sudah menjadi prinsip dan kaidah yang diakui oleh IMF sebagai lembaga multilateral yang sebenarnya tidak berbasiskan syariah," kata Wimboh.

Selain itu, meskipun dalam global travel muslim index Indonesia masih menempati posisi pertama dalam hal wisata halal dan fashion halal, namun hal itu juga harus diwaspadai dengan tetap berupaya meningkatkan potensi pengembangan di kedua sektor tersebut.

Sebab, saat ini sudah semakin banyak negara yang mengembangkan sektor halal, karena melihat potensi segmen halal itu sebagai pasar potensial yang menjanjikan.

"Mengenai sektor halal, Indonesia terbaik di dunia, itu oke. Tapi jangan heran, halal ini sudah kemana-kemana. Sekarang negara-negara lain sudah mengembangkan produk halal. Bisa-bisa produk halal tidak monopoli kepada MUI Indonesia untuk bisa kasih label halal," kata Wimboh.

"Mungkin lama-lama global travel muslim index ini tidak lagi menempatkan Indonesia jadi tujuan wisata halal dan fashion halal ke depannya kalau kita tidak berupaya terus mengembangkan," ujarnya.