Harga Rumah di Australia Anjlok Parah akibat Corona COVID-19

Warga Australia Michael Neal mengaku terpukul dengan kondisi pasar properti yang kini anjlok akibat pandemi virus corona.
Sumber :
  • abc

Harga properti di Australia diperkirakan anjlok sekitar 15 persen akibat pembatasan sosial untuk mengatasi pandemi virus corona. Banyak pihak merasa terpukul dan dirugikan namun ada pula yang merasa diuntungkan.

Salah seorang yang merasakan langsung kondisi ini adalah Michael Neal, yang membeli rumah di kawasan Blue Mountains, New South Wales, pertengahan tahun lalu.

Dia membeli rumah tersebut sebelum menjual rumah lamanya. Saat itu pasar properti sedang bagus, sehingga dia berencana merenovasi rumah lamanya terlebih dahulu sebelum menjualnya.

Rencananya buyar karena terjadi kebakaran hutan di kawasan tersebut.

"Baru saja mulai renovasi, terjadi kebakaran hutan, jadi saya pun menghabiskan waktu lebih tiga bulan untuk mengatasinya," katanya kepada ABC.

Ketika akhirnya ia bisa melanjutkan renovasi, pasar properti telah berubah drastis. Dua pekan sebelum renovasinya rampung, pembatasan sosial akibat pandemi COVID-19 mulai berlaku.

Michael Neal berharap masih bisa mendapatkan harga yang wajar untuk rumahnya di daerah Winmalee, Blue Mountains, New South Wales.

ABC News

Inspeksi dan lelang rumah sudah dilarang untuk mencegah penularan virus corona.

"Saya terlambat dua minggu untuk menjualnya," katanya.

Kini Neal dan istrinya harus membayar dua kredit KPR sementara pekerjaan sebagai kontraktor untuk perusahaan pembuat bus pun dihentikan.

Terlebih lagi, istrinya harus menjalani operasi pinggul dan diharuskan menggunakan kursi roda.

"Kondisi ini memukul kami secara mental," katanya.

Neal mengatakan ada calon pembeli yang menawar rumahnya Blue Mountains hingga AU$80 ribu di bawah harga yang dia tawarkan.

"Jika ada yang menawar mendekati harga saya, langsung saya jual. Tidak ada masalah," katanya.

Namun beberapa orang memberikan penawaran sangat rendah, karena berharap Neal putus asa dan melepasnya. "Tapi saya belum putus asa," ujarnya.

Diskon besar-besaran Agen real estate kini diperbolehkan kembali melaksanakan inspeksi rumah dengan berbagai syarat termasuk menyiapkan hand sanitiser.

ABC News: James Carmody

Saat ini hampir semua faktor pendukung harga properti telah mengalami pukulan telak secara bersamaan.

Kenaikan tajam jumlah pengangguran serta penurunan tingkat upah kini telah terjadi di tengah ketersediaan lapangan kerja yang terus memburuk.

Berkurangnya kemampuan konsumen telah berdampak langsung pada kemampuan membeli atau menyewa properti.

Pasar sewa jangka pendek, seperti AirBnB, telah menghilang dalam sekejap karena pembatasan perjalanan internasional dan nasional.

Banyak pemilik properti kini berusaha mencari penyewa jangka panjang, tapi meningkatnya pasokan akan menyebabkan harga sewa lebih rendah.

Banyak penduduk sementara telah kembali ke negaranya setelah kehilangan pekerjaan di Australia. Bahkan pemerintah sudah memprediksi terjadinya penurunan migrasi sebesar 85 persen pada 2020 / 2021.

Salah satu pasar properti terbesar Domain.com.au menunjukkan adanya peningkatan properti yang didiskon di Sydney dan Melbourne dalam enam bulan terakhir.

Di Sydney, 13,1 persen properti yang dipasarkan di Domain didiskon pada bulan April, dibandingkan hanya 5,7 persen pada Oktober 2019.

Di Melbourne, daftar properti yang didiskon naik dari 2,8 persen menjadi 10,7 persen selama periode yang sama.

Data Domain juga menunjukkan rata-rata nilai diskon masing-masing sebesar 4,0 persen dan 3,67 persen di Sydney dan Melbourne pada bulan April.

"Tren menunjukkan peningkatan diskon," kata Nicola Powell dari Domain.

Menghemat hingga $100 ribu Salah satu konsumen Fabian Brimfield merasa diuntungkan hingga 100 ribu dolar dari anjloknya harga properti di Australia saat ini.

ABC News: Sean Warren

Seorang pengacara di Melbourne Fabian Brimfield (29) tertarik membeli rumah di daerah Elwood sebelum kegiatan lelang dilarang.

"Saat itu harga yang ditawarkan antara $500.000 hingga $550.000. Saya suka rumah itu tapi dengan harga segitu saya pikir bisa beli yang lebih baik di tempat lain," katanya kepada ABC.

Setelah lelang dilarang, Brimfield melihat properti itu lagi, terdaftar online sebagai penjualan pribadi. Harganya turun menjadi $485.000.

"Setelah bernegosiasi dengan agen, saya berhasil mendapatkan harga $450.000. Bagi saya, itu diskon yang signifikan," katanya.

Ia melakukan penghematan antara $50 ribu hingga $100 ribu jika dihitung dari harga yang ditawarkan sebelumnya.

Anjlok sekitar 15 persen Pengamat properti Martin North menyebutkan banyak pemilik sekarang menjual propertinya.

ABC News

Pengamat properti Martin North mengaku yakin harga properti akan turun karena lebih banyak orang yang terpaksa menjual rumahnya.

"Data survei saya menunjukkan peningkatan tekanan kredit KPR secara cepat," kata North.

Pandemi COVID-19, menurut data yang dimiliki North, telah menyebabkan tekanan pada 27 persen pemegang KPR dan pada 18 persen pemilik properti tanpa KPR.

Menurut dia, para investor properti kini ingin menjual propertinya meskipun tersedia penundaan cicilan kredit dari perbankan dan skema dukungan pemerintah.

Ekonom Bank NAB Alan Oster memprediksi harga properti baru akan normal kembali pertengahan tahun depan.

ABC News: Sean Warren

Ekonom utama Bank NAB, Alan Oster lebih optimis, namun sependapat bahwa masih banyak kendala ke depan.

"Kami memperkirakan mungkin minggu depan, dan pastinya pertengahan tahun ini, tingkat pengangguran akan mencapai 10 persen," kata Oster.

"Tapi secara umum kami memperkirakan penurunan harga rumah sekitar 15 persen selama 12 bulan ke depan dan kemudian stabil pada pertengahan tahun depan," jelas Oster.

Oster mengatakan, Bank NAB melihat tiga skenario berbeda untuk harga rumah, yaitu bagus, ringan, dan yang depresi berat.

"Kita akan melihat harga rumah anjlok 30 persen, yaitu kasus terburuk. Tapi saya pikir kemungkinan itu terjadi sangat kecil," tambah Oster.

Simak berita lainnya dari ABC Indonesia.