Wabah Corona Jadi Peluang Baik Masuk Pasar Saham, Asal Tahu Caranya

Karyawan melintas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – Penurunan kinerja bursa saham dirasakan di semua negara. Di Indonesia, indeks harga saham gabungan (IHSG) Anjlok turun ke level 3.911.716 pada perdagangan 24 maret 2020 yang lalu. Sejumlah lembaga memproyeksikan, dampak penyebaran virus corona berpotensi menurunkan pertumbuhan ekonomi global. Hal ini disebabkan banyak aktivitas ekonomi yang terhenti, sejumlah negara yang menerapkan karantina penuh (lockdown).

Pasar modal di Bursa Efek Indonesia tengah dalam kondisi yang tak menentu sejak mewabahnya virus corona (Covid-19) di Indonesia. Banyak saham emiten berguguran, termasuk perusahaan-perusahaan yang masuk kategori blue chip.

Chandra Wahyudi, Trading Advisor Investment Management Course (IMC), GMT Institute, Pusat Pelatihan Terbaik di Indonesia menilai, bahwa kondisi pasar yang saat ini menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan bagi para investor. Bahkan investor asing mulai dari awal bulan januari 2020 yang lalu terus melakukan net sell.

Baca Juga: Anies: Mal di Jakarta Buka 5 Juni, Itu Imajinasi

“Kondisi pasar yang sedang tidak menentu dipengaruhi oleh banyaknya investor asing yang keluar dari bursa saham Indonesia, namun justru kita melihat kondisi ini sebagai peluang yang baik untuk masuk pasar, asal tahu caranya,” kata Chandra Wahyudi lewat rilis yang diterima VIVA.

Beberapa Emiten gencar melaksanakan program "buy back". Bila ke depan kondisi pasar sudah normal dan tidak menutup kemungkinan harga sahamnya naik kembali maka emiten dapat menjual kembali serta memperoleh "capital gain" yang dibukukan sebagai pendapatan bagi perusahaan. 

Chandra menambahkan yang terjadi saat ini, investor tidak lagi mempertimbangkan fundamental perusahaan dalam bertransaksi saham, lebih banyak kepanikan.

Seperti fatwa Warren Buffet yang menyebutkan "Mencoba merasa takut saat yang lain tamak, dan menjadi tamak saat orang lain takut." (Buffett, 2004, dalam surat pimpinan Berkshire Hathaway dalam laporan keuangan tahunan)