BI Beberkan Alasan RI Bisa Bertahan dari Bencana Resesi Ekonomi 

Ilustrasi perkantoran di SCBD Jakarta.
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVA – Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo mengaku, pihaknya masih sangat yakin bahwa meskipun didera pandemi COVID-19, perekonomian nasional di tahun ini masih akan bertahan dari bencana resesi ekonomi.

Baca Juga: Lagi, Gara-gara COVID-19 Kepercayaan Konsumen Anjlok pada Juni 2020

Hal itu dikatakannya, karena Dody yakin bahwa mulai terdapat sejumlah perbaikan baik dalam sejumlah indikator perdagangan global, maupun dari ekspektasi masyarakat itu sendiri.

"Meskipun hal ini masih terbilang dini, tapi setidaknya cukup untuk menggambarkan bahwa kita tidak sedang menuju titik resesi," kata Dody dalam telekonferensi, Jumat 3 Juli 2020.

Dody pun membeberkan data yang dimiliki BI dari hasil survei, yang menunjukkan bahwa indikator ekspektasi masyarakat pada Mei 2020 berada pada titik yang landai.

Meski demikian, terdapat harapan bahwa penurunannya pun akan berhenti, sehingga berbagai ekspektasi positif pun mulai bermunculan.

Hal itulah yang juga diakui Dody, telah mulai melahirkan optimisme di kalangan masyarakat, khususnya terkait soal perbaikan ekonomi yang juga mulai tumbuh.

"Jadi indeks ekspektasi itu berada di zona yang optimis dengan indeks 104,9, meskipun terbilang masih turun jika dibandingkan dengan bulan April 2020 yang mencapai 106,8," ujar Dody.

Selain itu, Dody menjelaskan dengan mulai dibukanya sektor perdagangan China, maka roda ekonomi di negara-negara kawasan pun dipastikan akan ikut terpengaruh. Karena, China saat ini telah menjadi salah satu poros ekonomi terbesar, baik di tataran kawasan maupun secara global.

Hal itu diyakini Dody, setidaknya juga akan memberikan dampak positif bagi Indonesia, sebagai salah satu mitra dagang China.

Dengan demikian, indeks manufaktur (purchasing managers index/PMI) Indonesia pada Mei 2020 juga mulai tercatat naik mencapai 28,6, atau sedikit membaik jika dibandingkan PMI Indonesia pada April 2020 yang hanya mencapai 27,5.

Hal itu masih ditambah lagi dengan adanya dorongan dari kebijakan New Normal, sehingga pada Juni 2020 kinerja PMI Indonesia pun kembali terangkat naik menjadi 39,1.

"Risiko investasi relatif pada perlambatan tertahan, yang menandakan ada beberapa kegiatan manufaktur yang juga sudah mulai bergerak karena berkaitan dengan dibukanya ekspor ke China," ujarnya.