Sri Mulyani Prediksi Penerimaan Pajak Sepanjang 2020 Minus 10 Persen

Ilustrasi pembayaran pajak.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – Penerimaan pajak semakin tertekan memasuki semester kedua tahun ini. Hingga Semester I-2020, penerimaan pajak mengalami kontraksi yang sangat dalam, yakni minus 12 persen.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, data hingga akhir Juni 2020, penerimaan pajak hanya mencapai Rp531,7 triliun. Terkontraksi hingga  minus 12 persen dari realisasi Semester I-2019 sebesar Rp604,3 triliun.

Baca juga: Sri Mulyani Sebut Defisit APBN Semester I-2020 Tembus Rp257,8 Triliun

Sri mengungkapkan, anjloknya penerimaan pajak pada paruh pertama tahun ini karena dampak kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang menghambat aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat, serta sudah jalannya insentif pajak.

"Dikombinasikan dengan insentif pajak yang mulai berjalan memberikan dampak terhadap pendapatan pajak yang mengalami penurunan," kata dia di Gedung Parlemen, Jakarta, Kamis, 9 Juli 2020.

Berdasarkan jenis pajaknya, Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 masih mampu tumbuh 13,5 persen pada Juni 2020. Begitu juga dengan PPh Orang Pribadi yang tumbuh 144,3 persen, PPh pasal 26 sebesar 19,9 persen dan PPh Final 6,1 persen.

Akan tetapi, PPh pasal 22 Impor mengalami kontraksi dalam hingga minus 54,22 persen, diikuti PPh Badan minus 41 persen, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dalam Negeri minus 27,7 persen dan PPN Impor yang minus 56 persen.

Sementara itu, Berdasarkan sektor ekonominya, penerimaan pajak pada Juni 2020 hanya tumbuh untuk sektor transportasi dan pergudangan sebesar 9,3 persen. Sedangkan sisanya mengalami kontraksi cukup dalam.

Pertambangan misalnya, kontraksi hingga minus 42,2 persen, industri pengolahan minus 38,4 persen, perdagangan 21,2 persen, jasa keuangan dan asuransi 11,3 persen, serta konstruksi dan real estate terkontraksi 12,8 persen.

Sri meyakini, setelah ekonomi mulai didorong untuk bangkit kembali, penerimaan pajak bisa mulai pulih. Semester II-2020 diperkirakan bisa mencapai Rp667,1 triliun, sehingga sepanjang 2020 sebesar Rp1.198,8 triliun meskipun minus 10 persen dibanding 2019.

"Kita berharap Juni ini kita sudah mulai bisa melakukan pemulihan atau perbaikan dalam kondisi sosial masyarakat dan momentum ini diharapkan berjalan di kuartal III dan IV," ujarnya. (lis)