Soal Resesi Ekonom Akui Sudah Prediksi, Indef: Pemerintah Bisa Apa?

Kondisi Jalan yang sepi akibat kebijakan PSBB di Jakarta.
Sumber :
  • vstory

VIVA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati memprediksi, perekonomian nasional akan memasuki masa resesi di akhir September 2020 ini. Karena menurut prediksinya, pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2020 masih akan terkontraksi dan berada di kisaran minus 1,0 persen hingga minus 2,9 persen.

Baca Juga: Ekonomi RI Resesi, Ekonom Iwan Jasa Azis: Kesehatan di Atas Segalanya

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira mengatakan, sebenarnya tidak penting pemerintah mengumumkan resesi atau tidak.

"Toh berbagai data sudah menunjukkan adanya pelambatan di hampir seluruh sektor," kata Bhima saat dihubungi VIVA, Rabu, 23 September 2020.

Hal itu, menurutnya, sudah dapat dilihat dari indeks kepercayaan konsumen yang berada di 86,9, atau di bawah level kepercayaan 100. Kemudian pertumbuhan kredit juga mengalami penurunan drastis, khususnya kredit konsumsi. 

"Yang terpenting saat ini pemerintah bisa apa? Kalau cuma umumkan resesi nanti tanggal 5 November BPS juga akan umumkan pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga kok," ujarnya.

Karenanya, yang ditunggu dan diperlukan saat ini adalah gerak cepat dan persiapan pemerintah, perihal bagaimana mengantisipasi gelombang PHK yang merata di hampir semua sektor.

Menurutnya, jika angka pengangguran tidak bisa tertolong dengan jaring pengaman yang ada, risiko naiknya angka kemiskinan dan ancaman konflik sosial pun akan makin tinggi.

"Jadi segera tambah BLT untuk pengangguran, korban PHK, dan pekerja informal. Nominal BLT pun harus lebih besar dari sebelumnya, idealnya itu Rp1,2 juta per orang per bulan selama 3-6 bulan," kata Bhima.

Selain itu, bantuan berupa sembako juga bisa difokuskan ke daerah-daerah yang padat penduduk, seperti di wilayah Jabodetabek. Kemudian, langkah pemerintah juga penting untuk menjamin pengendalian wabah, agar bisa segera berjalan optimal dan cepat.

"Ini kan akar masalahnya karena aktivitas ekonomi macet saat pandemi. Maka solusinya adalah tangani masalah kesehatan dengan lebih serius. Semakin cepat pandemi tertangani, semakin cepat recovery," ujarnya.