Pasar Modal RI Rentan, Ketua OJK: Perbanyak Instrumen Investasi

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso.
Sumber :
  • VIVA/Fikri Halim

VIVA – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso mengakui pandemi COVID-19 dirasakan oleh pasar modal Indonesia. Hal ini menandakan bahwa aspek ketahanan pasar modal memang masih harus ditingkatkan lagi.

Wimboh menjelaskan, salah satu bukti bahwa pasar modal Indonesia masih rentan, adalah terjadinya penurunan IHSG secara signifikan hingga mencapai level terendah 3.937. Itu terjadi saat awal wabah COVID-19 merebak pada pertengahan Maret lalu.

"Maka salah satu upaya yang akan dilakukan OJK untuk meningkatkan ketahanan pasar modal Indonesia, adalah dengan deepening capital market atau melakukan pendalaman pasar modal," kata Wimboh dalam telekonferensi, Senin 19 Oktober 2020.

Baca juga: Anggaran Pemda Mengendap di Bank, Sri Mulyani Minta Segera Salurkan

Wimboh pun merinci, salah satu cara memperdalam pasar modal Indonesia adalah dengan memperbanyak instrumen pasar modal, baik berupa ritel ataupun korporat. Karena menurutnya, instrumen ritel itu sangat penting sebagai upaya memberikan insentif bagi para emiten, untuk memberikan atau membuat instrumen yang bisa diakses oleh para investor ritel tersebut.

"Kalau instrumennya banyak, maka kita akan punya variasi instrumen yang bisa memenuhi kebutuhan pasar," ujar Wimboh.

Wimboh mengatakan, varian instrumen pasar modal memang mesti lebih diperbanyak lagi ke depannya, baik dari sisi instrumen biasa atau pun instrumen 'hedging' yang lebih banyak agar dapat memenuhi kebutuhan pasar. Karena, minimnya variasi instrumen pasar modal Indonesia itulah yang juga kerap dikeluhkan oleh para pelaku pasar, sehingga mereka menganggap bahwa investor Indonesia sangat 'niche' akibat hedging instrument-nya belum lengkap. 

"Baik dari hedging nilai tukarnya, hedging risiko suku bunganya, dan juga hedging default-nya yang belum banyak. Sehingga investor asing kalau ada sentimen negatif, strateginya pasti di-sell off," kata Wimboh.

Oleh sebab itu, dalam upaya memperdalam pasar modal, Wimboh menegaskan bahwa salah satu hal yang mesti diperbaiki adalah masalah infrastruktur. Sebab, aspek infrastruktur ini, menurutnya, memiliki pengaruh yang cukup besar, terutama saat melakukan settlement.

"Bagaimana settlement ini bisa dilakukan secara elektronik, centralized, dan bisa lakukan cepat tanpa nge-lag dan bisa dilakukan dari player di mana saja," kata Wimboh.

"Kami di OJK juga menyambut baik upaya dibentuknya CCP (Central Counterparty) di Indonesia, sebagai suatu terobosan dan kami harapkan tidak terlalu lama," ucapnya. (art)