Jelang Rilis BPS, Para Pengamat Kompak Proyeksikan Ekonomi RI Membaik

Pelabuhan Peti Kemas
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Realisasi pertumbuhan ekonomi pada Kuartal III-2020 akan dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini, Kamis 5 November 2020. Para ekonom kompak memperkirakan realisasinya kontraksi di kisaran minus 3 persen.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual misalnya. Dia menyatakan bahwa kontraksi pada kuartal III akan membaik dibanding kuartal II-2020 yang turunnya sangat dalam sampai minus 5,32 persen.

"Memang kemungkinannya masih akan negatif, perkiraannya sekitar minus 3 persen ya. Jadi bisa sedikit di bawah, bisa sedikit di atas," katanya kepada VIVA Bisnis hari ini.

Baca juga: Ngirit Bayar Listrik Bandara, Angkasa Pura II Manfaatkan EBT

Menurut dia, faktor yang paling mendorong perbaikan ekonomi periode tersebut adalah relaksasi kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah penyebaran wabah Virus Corona (COVID-19).

"Kemarin sebetulnya memasuki September sudah ada perbaikan. Tapikan Jakarta lumayan besar ekonominya, sekitar 16 persen dari nasional, kita diperketat lagi, tapi kan awal November ini sudah direlaksasi lagi," tuturnya.

Di sisi lain, dia melanjutkan, belanja pemerintah juga sudah digenjot lebih cepat. Termasuk program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang sudah 52,8 persen dari pagu Rp695,2 triliun, khususnya porgram perlindungan sosial.

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, kontraksi pada Kuartal III 2020 akan berada dikisaran minus 3,13 persen. Sebabnya masih sama, karena pelonggaran PSBB.

"Hal ini dipengaruhi oleh kebijakan PSBB transisi di berbagai daerah di Indonesia yang mendorong peningkatan pada pergerakan masyarakat. Meskipun situasinya belum kembali ke level normal," ungkap Josua.

Dia memperkirakan, konsumsi rumah tangga pada Kuartal III 2020 terkontraksi ke kisaran  minus 3,54 persen secara tahunan. Investasi kontraksi di kisaran minus 7,9 persen, konsumsi pemerintah tumbuh positif, begitu juga ekspor impor.

"Surplus neraca perdagangan pada Kuartal III 2020 dibandingkan kuartal III tahun sebelumnya, mengindikasikan bahwa net ekspor pada komponen PDB di kuartal III-2020 diperkirakan cenderung meningkat," tegasnya.

Meski demikian, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah mengingatkan, bahwa angka kisaran 3 persen untuk Kuartal III 2020 bukan berarti pasti berlanjut membaik pada Kuartal IV 2020.

"Karena pertumbuhan ekonomi sepenuhnya dipengaruhi oleh pandemi. Meskipun kuartal III membaik tapi kalau pandeminya memburuk dan memaksa pengetatan PSBB kuartal IV maka ekonomi akan kembali menurun," ungkapnya.

Meski ekonomi RI disebut membaik pada kuartal III, relisasinya tetap saja minus. Artinya pertumbuhan ekonomi telah negatif dalam dua kuartal secara berturut-turut.

Sebab, pada kuartal II, ekonomi dalam negeri sudah minus 5,32 persen. Hal itu tandanya RI telah alami resesi. (ren)