Kebijakan PPKM Bikin Rupiah Terus Melemah di Kisaran Rp14.200

Uang kertas Rupiah dan Dollar AS
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali melemah cukup signifikan pada perdagangan Selasa, 12 Januari 2021. Rupiah mulai kembali bergerak di kisaran atas Rp14.200 per dolar AS.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia mematok nilai tengah rupiah hari ini di level Rp14.231 per dolar AS. Melemah dari nilai tengah kemarin di level Rp14.155 per dolar AS.

Di pasar spot hingga pukul 10.20 WIB, rupiah telah ditransaksikan di level Rp14.172 per dolar AS. Melemah hingga 0,34 persen dari level penutupan perdagangan kemarin di level Rp14.125 per dolar AS.

Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengungkapkan, kondisi itu tidak terlepas dari dampak penerapan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sejak kemarin, Senin, 11 Januari 2021.

PPKM, katanya, tetap tidak jauh berbeda dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang lebih ketat. Pusat perbelanjaan wajib tutup pukul 19:00 WIB dan restoran masih boleh menerima pengunjung di tempat, tetapi maksimal 25 persen dari total kapasitas.

Baca juga: MUI: Vaksin Sinovac Halal, Tidak Mengandung Babi dan Turunannya

"Sudah tentu roda bisnis akan kembali melambat, dan pemulihan ekonomi kembali terhambat," tutur Ibrahim, seperti dikutip dari analisisnya, hari ini.

Di sisi lain, dia melanjutkan, dari sisi eksternal, pelaku pasar keuangan menyambut baik sentimen mulai membaiknya perekonomian Amerika Serikat. Tergambar dari tingkat imbal hasil dari obligasi pemerintah AS yang terus naik.

Diketahui imbal hasil atau yield dari surat utang atau obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun naik lagi dari kisaran 1,12 persen menjadi 1,15 persen pada Senin kemarin. Cukup tinggi dari pekan lalu yang di kisaran 1,08 persen.

"Selain itu, pernyataan para pejabat bank sentral AS atau Federal Reserve yang menunjukkan optimisme pemulihan ekonomi membuat dolar AS menguat tajam," tutur dia.

Di sisi lain, Presiden terpilih AS, Joe Biden, mengatakan pada pekan lalu bahwa orang AS membutuhkan bantuan lebih banyak dan segera untuk menopang ekonomi mereka, bahkan meskipun dengan pembiayaan defisit. 

"Dia telah berjanji untuk menyusun proposal dukungan fiskal triliunan dolar dalam minggu mendatang untuk memerangi korban ekonomi COVID-19," ungkap Ibrahim. (art)